Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unjuk Rasa Ricuh, Bupati Sukoharjo Dilempari Gelas Air Minum Kemasan

Kompas.com - 22/02/2018, 22:27 WIB
Muhlis Al Alawi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Kompas TV Unjuk rasa sopir taksi online ini mendapat pengamanan dari 5.000 personel kepolisian.

Diteriaki pengunjuk rasa, Wardoyo menutup orasinya. Saat hendak turun, beberapa orator pengunjuk rasa meminta Wardoyo menandatangani surat pernyataan menutup PT RUM. 

Namun Wardoyo tak melakukannya. Kondisi itu mengakibatkan ricuh. Bahkan Wardoyo turun dari truk dikawal beberapa aparat. 

Saat hendak masuk ke pintu masuk kantor bupati, dari arah pengunjuk rasa beterbangan gelas plastik air mineral dan kardus bekas kotak makanan.

Gelas plastik air mineral dan kardus bekas kotak makanan tak mengena tubuh Bupati Sukoharjo Wardoyo. Gelas plastik dan kardus hanya mengenai aparat yang berjaga di depan pintu masuk kntor bupati Sukoharjo

Aksi itu langsung disikapi kepolisian dengan memblokade massa yang ingin masuk ke kantor bupati. Dari tengah kerumunan massa, Kapolres Sukoharjo, AKBP Iwan Saktiadi merengsek maju ke depan mimbar meneriaki korlap untuk mengendalikan massanya.  

Korlap yang berdiri diatas mimbar orasi meneriakkan pengunjuk rasa tidak terprovokasi dan tidak melakukan tindakan anarkis. 

Setelah tenang, sebagian pengunjuk rasa pulang dan sebagian lain tinggal di halaman Pemkab Sukoharjo. Mereka akan tinggal di halaman Pemkab Sukoharjo sampai Bupati Wardoyo menandatangani pernyataan menutup PT RUM.

Koordinator Masyarakat Peduli Lingkungan, Ari Suwarno, meminta Bupati Sukoharjo harus menandatangani Surat Keputusan (SK) Penutupan PT RUM hari ini juga. "Ini sebagai surat resmi, PT RUM harus ditutup selamanya dan tidak hanya ditutup sementara," katanya. 

Sementara itu Koordinator Lapangan Desa Manisarjo, Sukiman menyatakan unjuk rasa kali ini diikuti 3.000 warga dari 24 desa yang terdampak limbah PT RUM. 

Untuk diketahui, desakan penutupan PT RUM dari warga telah mencuat sejak Oktober 2017. Warga menuntut pabrik ditutup lantaran limbahnya menimbulkan bau busuk yang menyengat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com