Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habis Taman Bermain, Bakal Terbit Masjid Rp 151 Miliar

Kompas.com - 22/02/2018, 07:00 WIB
Labib Zamani,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Kompas TV Seorang warga negara Belanda, saat ini sedang berkeliling dunia menggunakan mobil listrik dan singgah di Kota Solo, Jawa Tengah.

"Sosialisasi kepada warga masyarakat terkait pembangunan masjid sudah kami lakukan. Mulai dari tingkat kecamatan, kelurahan, RT (rukun tetangga) maupun RW (rukun warga)," ungkapnya.

Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengaku, sudah memberi tahu terkait pembangunan Masjid Taman Sriwedari ke Jakarta.

"Kalau Presiden untuk membangun masjid pasti menyetujui. Saya tidak memiliki kepentingan lain, kecuali menyelesaikan apa yang pernah dibicarakan dengan Habib Novel pernah omong dengan wali kota yang saat ini menjadi presiden," tutur Rudy.

(Baca juga: Dalam Sehari 1.200 Anjing Dikonsumsi di Kota Solo)

Apabila masjid itu sudah selesai dibangun, Rudy mengatakan akan meminta Presiden Jokowi untuk meresmikannya.

Ulama Kota Solo, KH Mohammad Dian Nafi mengatakan, Masjid Taman Sriwedari memiliki tiga aspek, yakni keislaman, keindonesiaan dan kesejarahan. Lima menara yang berdiri di Masjid Taman Sriwedari itu menggambarkan rukun Islam yang lima dan dalam aspek keinsonesiaan adalah Pancasila.

"Dari sisi kesejarahan model bangunan masjid ini menggunakan arsitektur Jawa. Sehingga sesuai dengan penataan Taman Sriwedari yang dilakukan Pemkot Surakarta," ungkap pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Muayyad Windan, Makamhaji cabang Ponpes Al Muayyad Solo.

Ke depan, lanjut dia, Masjid Taman Sriwedari akan menjadi kebanggaan warga masyarakat Kota Solo dan umat Islam. Keberadaan Masjid Taman Sriwedari juga menjadi tempat bagi generasi milenial untuk menjalin dialog dalam membangun kerukunan.

Warga Solo, Kustanto, mengapresiasi langkah Pemkot untuk membangun Masjid Taman Sriwedari. Di sisi lain keberadaan masjid itu akan menghilangkan sejarah Bon Rojo peninggalan PB X.

"Sebenarnya THR enggak perlu ditutup. Bisa dicarikan tempat lain sehingga ikon Solo ini bisa tetap ada. Karena THR sudah melekat di masyarakat Solo," tuturnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com