Jangan lewatkan pula untuk naik ke gardu pandang yang berdiri di tengah kebun bunga krisan. Melalui gardu pandang setinggi 6 meter ini, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan alam berlanskap pegunungan, seperti gunung Ungaran, Telomoyo, dan Merbabu serta tak ketinggalan danau Rawapening.
Anggota Kelompok Tani Krisan “Gemah Ripah”, Sugiyanto (32) mengatakan, wisata agro ini memberikan nilai tambah bagi pertanian bunga krisan di desa Duren. Saat ini ada 38 petani yang tergabung dalam usaha ini dengan jumlah greenhouse mencapai 180 buah.
Jumlah greenhouse ini menjamin wisatawan dapat menikmati pemandangan bunga krisan setiap hari. Sebab, masa panen bunga krisan di Kampung Krisan Clapar ini tidak sama.
"Setiap hari kami buka tiga greenhouse untuk umum. Kalau sudah masa panen selesai, kami buka di greenhouse lainnya. Biasanya satu grenhouse dibuka hingga dua minggu," kata Sugiyanto.
Tak hanya swafoto dengan latar belakang hamparan bunga krisan, setiap pengunjung juga bisa memetik bunga krisan. Satu tangkai harganya Rp 2.500.
Salah seorang pengunjung dari Semarang, Mutia mengungkapkan, Kampung Krisan Clapar memberikan kesan tersendiri bagi para penggemar swafoto. Ia yang datang berombongan tujuh orang tahu lokasi wisata ini dari Instagram.
"Hanya sayangnya atap greenhouse-nya terlalu rendah, jadi kadang menghalangi jalan. Terus usul saya, banyakin tempat sampah biar enggak nyampah sembarangan," kata Mutia.
(Baca juga: Mengembangkan Wisata Hidroponik dan Kerajinan Limbah Kayu)