Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keramik Berbahan Lokal Asal Boyolali Tembus Pasar Dunia

Kompas.com - 09/10/2017, 15:19 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Menciptakan keramik dengan bahan-bahan lokal tidak mudah bagi Roy Wibisono, Direktur Nuasa Porcelen Indonesia. Perlu riset yang mendalam agar bahan-bahan lokal dapat dibentuk menjadi barang-barang jadi dan bernilai jual tinggi.

“Kami selalu memakai riset. Ide itu didukung tim solid. Saya orang (lulusan) kimia, lalu ada tim isi, tim marketing, jadilah tim riset,” ujar lulusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini kepada Kompas.com, Senin (9/10/2017).

Dari riset mendalam yang dilakukannya, Roy berhasil menciptakan sejumlah keramik dengan beragam bentuk. Produk-produk dengan bahan-bahan lokal yang sudah jadi ditunjukkannya dalam pameran inovasi di kampus Undip Semarang, akhir pekan kemarin.

Ada cukup banyak produk yang dipamerkan, di antaranya patung menari Bali, keramik kardus, serta patung Diponegoro. Patung Bali menari ini misalnya, dibuat tidak saja dari bentuk patungnya tapi jga didesain dengan riset pada sisi budayanya. 

“Inovasi material lokal Jateng menjadi bahan berkualitas untuk ekspor. Misalnya ini keramik kardus, ini dipakai para fotografer. Keramik ini dipakai makan dan minum sebagainya. Sudah bebas dari racun,” ujarnya.

(Baca juga: Produk Industri Keramik Lokal Tembus Pasar Global)

Untuk menciptakan keramik porselen, Roy dan timnya hanya mengambil bahan-bahan lokal terbaik dari Jawa Tengah. Kecuali untuk patung Bali Menari sebagian masih mengandalkan bahan impor. 

Salah satu bahan yang digunakan Roy adalah lumpur Lapindo di Sidoarjo, tanah di kawasan Sigar Bencah (Semarang), endapan banjir Kanal Barat (Semarang) hingga abu vulkanik Gunung Merapi.

Berbagai bahan material itu disulap menjadi tropi, pating, dinding, piring, mangkok, dan berbagai bentuk lainnya.

“Hasilnya tetap bagus. Kalau kita punya keahlian ke situ, material apa saja, pasti (hasilnya) bagus,” tambah warga Dukuh Dedegan, Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.

Saat ini, produknya tidak hanya dipasarkan di dalam negeri. Sejumlah negara seperti Denmark, Belanda, Swiss, India, dan Amerika Serikat intens memesan karya perusahaan ini. Hal ini sesuai dengan komitmennya untuk membuat keramik Indonesia mendunia.  

“Patung Penari Bali dan pasangan pengantin Jawa ini yang laris dipesan. Keramik saya juga biasanya jadi kenang-kenangan tamu negara,” tambahnya.

(Baca juga: Ridwan Kamil Siapkan Tempat Wisata Keramik Kiaracondong)

Namun keberhasilan ini tidak didapat dengan mudah. Butuh waktu bertahun-tahun untuk Roy jatuh bangun menghadirkan produk keramik porselen. Salah satu kunci keberhasilannya adalah tim yang solid.

“Kami sudah berdiri 4 tahun. Sebelumnya, pakai bahan Sigar Bencah untuk keramik, tapi tidak bisa optimal karena tak didukung sumber daya manusia. Tapi sekarang di-rebranding lagi. Bahan ekspor dibuat ahli di bidangnya. Ada ahli sejarah, ahli tenaga pewarnaan, semua yang terbaik di bidangnya,” paparnya.

Cara pembuatan sendiri sama dengan membuat batu bata atau genteng, keramik porselen dibentuk melalui proses pembakaran (pemanasan). Bahan-bahan seperti kaolin, feldspar, silika dibakar dengan suhu berkisar 1.200-1.400 celcius. 

Juara Kreanova

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com