"Kampanye anti SARA yang diusung KNPI hari ini saya rasa ini introspeksi bersama bagi siapapun, apakah dia calon atau kandidat yang akan maju ke pilkada, baik itu pilgub, pilbup atau pilwakot, supaya tidak menggunakan isu SARA ini, karena memang masalahnya memiliki spektrum yang luas," ujar mantan bupati Landak ini.
Dampak dari isu tersebut, sambung Sidot, bisa menggoyahkan kesatuan dan persatuan bangsa serta merobek kebinekaan.
"Padahal Indonesia itu justru dibangun dari kebinekaan. Indonesia itu pada dasarnya adalah negara yang pluralis dan multikultural. Nah, itulah yang harus ditanamkan menjadi suatu kesadaran yang tidak boleh ditawar-tawar lagi," jelasnya.
"Apabila salah satu kandidat sudah menggunakan isu SARA untuk mencapai tujuannya supaya terpilih, saya kira pemimpin seperti itu sudah jelas bahwa nasionalismenya diragukan, dan saya kira gak usah dipilih lah pemimpin seperti itu," tambahnya.
Baca juga: Bawaslu Jawa Barat Cegah Isu SARA "Mampir" di Pilkada Jabar 2018
Wakil Ketua DPRD Kalbar Suryansyah mengatakan, saat ini ancaman terbesar eksistensi Indonesia dan masa depan pemuda adalah perpecahan dan disintegrasi bangsa yang justru berasal dari dalam. Hal tersebut, menurutnya, terjadi karena bangsa tidak bisa mengelola keberagaman menjadi sesuatu kekayaan, namun memecah belah.
"Dan, itu harus menjadi kesadaran bersama melalui berbagai hal, harus kita cegah. Karena, apabila hal itu tidak mampu kita cegah, mungkin Indonesia hanya sekadar sejarah saja," ujarnya dalam menutup pernyataan dalam diskusi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.