Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendulang "Emas Coklat" di Teluk Cempi

Kompas.com - 01/04/2015, 17:23 WIB

Geliat rumput laut di Hu'u dimulai lima tahun lalu. Saat itu, ada pengusaha dari Surabaya, Jawa Timur, yang minta dicarikan rumput laut dengan harga Rp 500 per kg.

Khaeruddin pun mengajak warga yang menganggur untuk mencari rumput laut. Hasil yang banyak membuat makin banyak pula pembeli dan terus mengerek harga. Jumlah warga yang terjun ke usaha rumput laut pun terus bertambah.

Apalagi, produksi rumput laut di Teluk Cempi seakan tak pernah habis. "Saat satu cabang dicabut, dalam waktu sekitar satu minggu tumbuh 10 cabang baru," katanya.

Rezeki baru dari rumput laut itu pun mendongkrak kesejahteraan warga. Di Desa Hu'u kini marak pembangunan rumah baru. Sebelum ada rumput laut, rumah warga kebanyakan berbentuk panggung. "Sekarang sudah banyak yang berganti menjadi rumah bata, termasuk rumah saya," ujar Thayeb. Ia pun sudah memiliki sebuah mobil minivan dan menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.

Rumput laut termasuk salah satu komoditas andalan NTB. Total produksi pada 2014 mencapai 779.000 ton.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Aminollah mengatakan, pada 2015, Pemprov NTB menganggarkan Rp 1,3 miliar untuk pembangunan pabrik pengolahan rumput laut. Pabrik itu diproyeksikan mampu menyerap 10 ton rumput laut basah per hari.

"Rumput laut kini banyak dipakai sebagai bahan kosmetik. Saat ini kebanyakan rumput laut NTB diserap pedagang dari Surabaya, diteruskan ke Tiongkok. Semua produksi rumput laut NTB terserap habis oleh pasar. Hal ini menunjukkan pasar rumput laut tersedia dan cukup besar. Kami termasuk tujuh provinsi penghasil rumput laut di Indonesia," ujar Aminollah.

Wilayah NTB yang memiliki garis pantai panjang dan banyak teluk cocok bagi pengembangan rumput laut. "Rumput laut bisa mengikis kemiskinan jika dikelola secara sungguh-sungguh," ungkapnya. (IKA/REK/RUL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com