Salin Artikel

Asa Masyarakat Perbatasan Indonesia-Timor Leste, Faskes Lebih Lengkap dan Nakes Bertambah

Bangkitnya harapan masyarakat itu bukan tanpa alasan. Berpuluh tahun lamanya masyarakat perbatasan Indonesia dengan Timor Leste itu hanya bergantung kepada satu fasilitas kesehatan, yakni Puskesmas Wini.

Bangunan fasilitas kesehatan itu terletak di Jalan Wini, Kelurahan Humusu C, Kecamatan Insana Utara. Jaraknya sekitar dua kilometer dari PLBN Wini.

"Kalau mau bilang tidak membantu, ya kami salah juga. Memang itu sudah yang disediakan pemerintah daerah," ujar salah seorang warga Wini bernama Daniel Keno (46), Kamis (16/11/2023).

Tetapi, persoalannya tidak sesederhana itu. Untuk penyakit umum, mungkin bisa saja ditangani puskesmas.

Situasi menjadi sulit apabila ada pasien yang membutuhkan penanganan medis khusus. Seperti yang terjadi pada adik ipar Daniel yang hendak melahirkan pada 2013 lalu.

"Karena harus operasi sesar (caesar), di sini (puskesmas) tidak mungkin. Kami harus ke rumah sakit di Kefa (Kefamenanu), jauh sekali. Jaraknya 50 kilometer," kenang dia.

Meski sudah sekitar 10 tahun berlalu, masih segar ingatan Daniel bagaimana kepanikan yang terjadi kala itu.

Untungnya, puskesmas memiliki ambulans gratis. Menempuh perjalanan darat selama satu jam lebih, adik iparnya mesti bersabar hingga bisa bersalin di RSUD Kefamenanu yang memiliki fasilitas lebih baik.

Oleh sebab itu, ibunda Oktaviana harus menjalani perawatan di RSUD Kefamenanu.

“Mama saya kan terakhir sakit parah, sampai dirujuk ke Kefamenanu, jauh juga. Kami sampai tengah jalan bahkan ban mobil ambulans pecah,” ujar Oktoviana.

“Tidak sampai cuci darah. (Tapi) kan pengaruh dari ginjal ini kakinya bengkak. Iya, (saat ini) masih sakit, (Ibu ada) di rumah sama Bapak,” ungkap Oktaviana lagi.

Hampir satu bulan sekali, sang ibu harus kontrol ke RSUD Kefamenanu demi menjaga kesehatannya. Mau tidak mau, ia meminta tolong saudaranya untuk bertolak dari Wini ke Kefamenanu.

“Biasanya sama adik, dia punya mobil, diantar ke sana. Maksudnya, kita taruh (kasih) uang isi minyak (bensin) untuk kontrol. Paling Rp 200.000,” kata Oktoviana.

Seiring dengan pembangunan PLBN Wini, dibangun pula klinik di area PLBN. Klinik ini bisa diakses masyarakat setempat.

Meski begitu, penambahan fasilitas kesehatan itu tampaknya belum cukup untuk menghilangkan kekhawatiran Daniel, Oktaviana, dan masyarakat setempat.

Sebab, klinik tersebut hanya memiliki satu dokter dan satu perawat. Dengan begitu, pasien penyakit lanjutan tetap perlu ke RSUD Kefamenanu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperlukan.

Oleh karena itu, warga berharap, pembangunan PLBN Wini tidak hanya menyasar sektor fisik saja, tetapi juga memperhatikan penambahan tenaga medis dan fasilitas kesehatan.

"Itu harapan satu-satunya. Karena kalau misalnya soal melahirkan, itu kan urusannya nyawa, risikonya besar, juga pasien untuk penyakit lainnya," ujar Daniel.

*Perjalanan reporter Kompas.com Baharudin Al Farisi ke PLBN Wini merupakan kolaborasi bersama BNPP. Selain PLBN Wini, ada pula perjalanan ke lima PLBN lain, yakni Hadi Maulana di PLBN Serasan, Xena Olivia di PLBN Jagoi Babang, Ahmad Dzulfikor di PLBN Sei Nyamuk, Sigiranus Maruto Bere di PLBN Napan, dan Achmad Nasrudin Yahya di PLBN Sota. Ikuti cerita perjalanan kami dalam lipsus Merah Putih di Perbatasan.

https://regional.kompas.com/read/2023/11/17/145705278/asa-masyarakat-perbatasan-indonesia-timor-leste-faskes-lebih-lengkap-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke