Salin Artikel

Pipa dan Ban Dalam Bekas Disulap Jadi Pompa Air Non-listrik untuk Atasi Kekeringan

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kekeringan menjadi bagian tak terpisahkan dari sebagian besar masyarakat Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Hal ini membuat beberapa masyarakat kreatif membuat inovasi memanfaatkan sekecil apa pun potensi yang ada agar kekeringan tidak menjadi hambatan. 

Salah satunya Sunaryo (40), warga Dusun Jamburejo, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan.

Memanfaatkan sumber air yang berasal dari 'Kali Gede' yang tetap mengalir saat musim kemarau.

Dia membuat pompa dengan sistem hidram yang dibuatnya memanfaatkan pipa dan bekas dari lingkungan sekitarnya. 

Dengan teknologi yang dipelajarinya dari internet beberapa tahun lalu, dirinya bisa mengairi ladang untuk menanam saat musim kemarau.

Apalagi air sungai mengalir sepanjang tahun, tetapi letaknya berada di bawah ladang warga. 

"Beberapa tahun lalu saya membuat kincir air, tetapi konstruksinya berasal dari bambu. Hanya beberapa kali pemakaian tidak bisa lagi digunakan," katanya kepada  Kompas.com,  Selasa (2/7/2019).

Belajar dari internet

Lalu dirinya mempraktikkan ilmu membuat pompa hidram yang sudah dipelajari sejak beberapa tahun lalu dari internet.

Memanfaatkan sambungan pipa dan ban bekas untuk membuat klep atau katup, saat ini pompa yang dipasang di tengah aliran sungai yang bening ini mampu mengairi beberapa petak ladang yang terletak di atas sungai. 

Dari pengamatan  Kompas.com, pipa dengan diameter 2 inci dipasang di lokasi bendungan, disalurkan ke sebuah wadah kecil, dan dialirkan ke pompa hidram.

"Wadah kecil itu untuk menampung air dan menyaring sampah agar tidak menyumbat masuk ke dalam hidram," ucapnya. 

Dijelaskannya, proses dalam pompa sendiri air mengalir masuk ke dalam pipa, dan masuk ke pipa yang digunakan sebagai tabung udara.

Setelah penuh air menekan katup, hingga kondisi tekanan air tidak mampu menekan udara dalam tabung. Nantinya katup akan bergerak turun dengan sendirinya menutup tabung udara.

Air yang masuk ke tabung menekan katup ke atas dan otomatis air akan tersambung ke pipa suplai.

"Prosesnya sederhana, tetapi uang terpenting kita memanfaatkan potensi alam yang ada sehingga tidak lagi tergantung pada energi listrik dan BBM," ucapnya.

Hemat listrik dan BBM

"Selain itu yang pasti ekonomis tidak ada biaya operasional, dan air mengalir terus tanpa henti. Memang tidak sebanyak jika memanfaatkan pompa air listrik atau BBM, tetapi ke depan kita harus mulai berpikir untuk mencari sumber energi yang ada di sekitar kita," kata pria yang saat ini menjabat kepala Desa Sodo ini. 

Saat ini tanaman di ladangnya dan beberapa orang petani di sekitar sungai bisa memanfaatkan air dari pompa ini.

Sehingga bisa ditanami saat musim kemarau tanpa mengeluarkan biaya penyedotan air. sebelum ada pompa, para petani hanya bergantung pada mesin pompa air.

Tentu saja hal itu menambah biaya operasional karena harus menggunakan BBM atau listrik.

Sementara dengan pompa hidram ini, tidak diperlukan bahan bakar dan hanya memanfaatkan derasnya aliran air.

"Ke depan kalau ada waktu dan biaya akan saya tambah, sehingga jangkauannya bisa luas," ucapnya.

Ladang Kekurangan Air di Gunungkidul

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan, pihaknya terus melakukan pendataan terkait dengan lahan pertanian warga yang mengering.

Menurut dia, luas lahan yang mengalami puso terus bertambah karena hingga sekarang sudah mencapai 1.927 hektar.

Wilayah pertanian yang terdampak kekeringan berada di 10 kecamatan.

Yakni, Kecamatan Semin seluas 505 hektar, Karangmojo 47 hektar, Ngawen 285 hektar, Girisubo 6 hektar, Ponjong seluas 10 hektar.

Sedang untuk Patuk 154 hektar, Wonosari 2 hektar, Playen 50 hektar, Gedangsari 860 hektar dan Nglipar seluas 8 hektar.

Pihaknya terus melakukan pendataan selain itu akan terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi pertanian di Gunungkidul.

Salah satu upaya dilakukan dengan memberikan bantuan alat pertanian kepada petani seperti mesin pompa, bantuan benih, mesin tleser, hand traktor hingga mesin perontok jagung. 


https://regional.kompas.com/read/2019/07/02/13024791/pipa-dan-ban-dalam-bekas-disulap-jadi-pompa-air-non-listrik-untuk-atasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke