Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ibu-ibu Belajar Membuat Kompos dari Sampah Dapur

Kompas.com - 17/06/2014, 19:57 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com -- Puluhan ibu yang tergabung di kelompok Merdeka Dari Sampah (MDS) Banyuwangi, Selasa (17/06/2014) belajar membuat pupuk kompos di Pusat Studi Pengelolaan Sampah Banyuwangi yang berada di lingkungan Kampung Ujung, Kelurahan Kepatihan, Kabupaten Banyuwangi. Mereka diajarkan cara memilah sampah kering dan sampah basah.

"Sampah basah ini yang bisa di gunakan untuk membuat kompos. Jadi ibu-ibu bisa memanfaatkan sampah yang ada di dapur seperti daun, sayur-sayuran, buah atau bahkan nasi yang basi," jelas Ramang Rameli Rakasiwi, salah satu pemateri kepada Kompas.com.

Di rumah, menurut Ramang, ibu-ibu bisa mencacah sampah basah hingga berukuran lebih kecil, lalu diletakkan dalam media yang tertutup dengan menambahkan stater yang didapatkan dari cairan yang keluar dari sampah.

"Tinggal diaduk-aduk setiap 3 hari sekali, maka 21 hari kemudian sudah siap untuk dijadikan kompos. Dijamin tidak akan bau busuk, tidak ada belatung dan bentuknya seperti tanah biasa. Siapa yang mau coba pegang," ujar Ramang sambil mempersilakan salah satu ibu untuk menyentuh kompos yang sudah jadi.

Ia mengatakan, ibu rumah tangga tidak perlu membeli alat-alat mahal untuk membuat kompos, tetapi bisa memodifikasi timba plastik atau pun karung goni.

"Komposnya biasa jadi media tanam untuk ibu-ibu di rumah. Kalau tidak ada lahan bisa pakai polybag. Bisa ditanam kangkung, bayam, sawi dan tanaman lainnya. Sampahnya bermanfaat juga ngirit uang dapur," kelakarnya.

Ramang mengatakan, komunitas ibu-ibu merupakan segmen yang tepat untuk mengelola sampah karena sehari-hari mereka "menciptakan" sampah di rumah.

"Seperti bekas-bekas masakan dari dapur dan juga rumah tangga, perempuan yang paling banyak mengurusi. Jika mereka tergugah untuk mengelola sampah, maka akan banyak sampah yang bisa dimanfaatkan lagi," jelasnya.

Sementara itu, Reni Sri kepada Kompas.com mengaku senang bisa mengikuti pelatihan tersebut karena ia sering kerepotan dengan sampah basah dari dapur.

"Kalau terlalu lama dibiarkan kan busuk, mengeluarkan lalat dan kelihatan kotor kalau tukang sampahnya terlambat ngambil. Nanti saja akan coba buat sendiri di rumah pakai karung goni dulu. Apalagi ini nggak bau sama sekali," jelasnya.

Ia juga menceritakan beberapa kali mengikuti pemanfaatan sampah untuk digunakan kerajinan tangan. "Tapi sampah yang dimanfaatkan, sampah kering seperti bungkus kopi instan, mi atau deterjen. Ini baru tahu saya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com