JAMBI,KOMPAS.com –Mobil membawa lima penumpang merayap di siang yang terik.
Tangisan anak-anak pecah ketika mobil berhenti di turunan tajam dan sebelah kirinya jurang curam. Puluhan kendaraan mematikan mesin, tak bergerak.
Selama lima jam, walau malam telah menelan siang jalan nasional Bangko-Kerinci itu masih macet.
Surya sopir travel Kerinci-Tebo turun dari mobil, kemudian berjalan menuruni punggung bukit untuk membeli air dan makanan.
Penumpang anak-anak dan balita sudah berjam-jam terjebak kemacetan. Mereka haus dan kelaparan.
“Saya kasihan sama penumpang. Ada bayi yang nangis terus. Mereka kelaparan dan kehabisan air,” kata Surya saat menceritakan peristiwa pemblokiran jalan di Desa Tiga Alur, Kecamatan Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin, Jambi, Sabtu (9/12/2023).
Baca juga: Rumah Penampungan Emas Tambang Ilegal di Sanggau Kalbar Digerebek
Ratusan warga dari berbagai desa di Kecamatan Pangkalan Jambu, menutup jalan Bangko-Kerinci pada pukul 11.00 WIB, Selasa (12/9/2023), karena marah lantaran polisi menangkap lima orang pekerja tambang emas ilegal di Sungai Penetai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Jambi.
Warga yang marah tidak mengizinkan satu kendaraan pun melintas, termasuk ambulans, mobil pengangkut BBM bahkan logistik. Penutupan jalan dengan meja kayu dan bangku panjang.
Sore harinya, warga Desa Tamiai, bagian dari masyarakat adat Muaro Langkap turut memblokade jalan.
Mereka mendukung polisi agar tidak membebaskan tersangka penambang emas ilegal di hutan adat, yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Perundingan pemerintah, polisi, pemangku adat dan warga pun ada hasil. Pemblokiran jalan akhirnya dibuka warga, menjelang tengah malam.
Sehari berselang giliran emak-emak yang menutup jalan. Mereka ini para isteri dan keluarga, yang suaminya ditangkap polisi.
Dalam aksi yang didominasi emak-emak menuntut agar kelima tersangka segera dibebaskan.
Baca juga: Mengungkap Fakta Konflik Gajah dan Manusia di Jambi Berujung Amuk Massa
Penutupan jalan dilakukan pada Kamis (14/9/2023) pukul 10.00 WIB. Satu-satunya jalan dari dan menuju Kerinci dan Sungaipenuh kembali lumpuh total.
Namun Polres Kerinci tak goyah, mereka tetap melakukan proses hukum terhadap lima orang tersangka.
Bukan perkara mudah menangkap tersangka penambang emas ilegal. Puluhan aparat bersenjata lengkap, harus berjalan dua sampai tiga hari menuju lokasi yakni hulu Sungai Penetai, jantung TNKS.
Mereka berjalan sepanjang malam tanpa henti, naik dan turun bukit terjal.
“Informasi operasi aparat gabungan sudah bocor. Mereka yang ditangkap tidak mengira, kami tiba di lokasi dengan cepat. Kami berjalan sepanjang malam, tanpa istirahat,” kata mantan Kasat Reskrim Polres Kerinci, AKP Edi Mardi ketika berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (20/1/2024).