NUNUKAN, KOMPAS.com – Sudah sepekan, sejak para tukang bangunan SDN 02 Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, menyegel gedung sekolah. Akibatnya, 172 murid sekolah tersebut belajar secara daring atau online.
Aksi mogok ini dilakukan para tukang sejak Rabu (24/1/2024). Seperti saat Covid-19, para murid terpaksa menerima materi pelajaran melalui HP.
‘’Kami sudah pusing sekali ini masalah berlarut. Ini kejadian kesekian kalinya. Pada bulan Oktober 2023 lalu, sekolah kami juga disegel tukang bangunan karena mereka belum menerima pembayaran dari pihak subkontraktor,’’ ujar Kepala Sekolah SDN 02 Sebatik, Meliani, saat dihubungi, Selasa (30/1/2024).
Ada 6 ruang kelas, dan sejumlah bangunan lain yang disegel oleh para tukang. Mereka mengunci semua pintu, dan memberi tanda silang dengan plester hitam di semua pintu.
Hanya ruang guru yang disisakan para tukang. Itu pun setelah Meliani memohon dan memelas agar menyisakan satu ruangan untuk kerja para guru.
Baca juga: KPK Segel Kantor BPPD Sidoarjo, Sejumlah Pejabat Diamankan
‘’Bagaimana kalau semua disegel, anak anak masa kita liburkan tidak belajar dan ketinggalan pelajaran. Akhirnya dikasihlah satu ruang guru, dan kami memberi materi ajar daring untuk 172 murid kami,’’lanjut Meliani.
Meski ada solusi untuk kelangsungan belajar mengajar, Meliani tetap menyesal. Pasalnya ia yakin tidak sampai 50 persen murid muridnya mengikuti sistem belajar daring.
Selain karena kepedulian orangtua di Pulau Sebatik juga kurang maksimal. Sebab, mayoritas orangtua sibuk bekerja di laut atau kebun.
‘’Tidak semua murid, memiliki Hp Android. Dulu sewaktu Kementerian memberikan gratis pulsa saja tidak semua terlayani daring, apalagi sekarang. Kita hanya bisa berdo’a agar tuntutan tukang bangunan segera diselesaikan subkontraktor,’’harapnya.
Meliani juga sudah mencoba mengundang para tukang bangunan serta orangtua murid, untuk mediasi dan menjelaskan kondisi yang terjadi.
Kendati demikian, tidak ada jalan keluar apa pun, kecuali subkontraktor melunasi pembayaran para tukang.
Pun demikian ketika Meliani melaporkan peristiwa penyegelan sekolah kepada Dinas Pendidikan. Tidak ada cara apa pun yang bisa dilakukan.
‘’Selama tuntutan mereka belum terpenuhi, sekolah kami bisa diibaratkan jadi korban terus. Pembangunan gedung sekolah selesai bulan 10 tahun 2023, subkontraktor mengulur waktu pembayaran, dan sampai hari ini, para tukang belum dibayar juga,’’imbuhnya.
Meliani juga mengaku simalakama, para tukang sebelumnya datang baik-baik dan menjelaskan kondisi mereka.
Hanya dengan cara menyegel sekolah, tuntutan mereka segera didengar dan gaji mereka akan dibayar.