SEMARANG, KOMPAS.com - Tradisi kungkum atau berendam pada malam 1 Suro di Tugu Soeharto, Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), menjadi acara rutin setiap tahun.
Tak ada yang mengetahui secara pasti alasan Tugu Soeharto dijadikan tempat untuk kungkum setiap malam 1 Suro. Namun, acara tersebut sudah menjadi tradisi yang ada setiap tahun.
Biasanya yang datang tidak hanya warga Semarang, melainkan warga dari luar Semarang juga ikut berdatangan untuk berendam di sungai yang pernah menjadi tempat persembunyian Presiden Soeharto itu.
Pemerhati sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono mengatakan, Tugu Soeharto dibangun tahun 1965.
Baca juga: Bisikan Ganjar ke Gibran Saat Kirab Malam 1 Suro Pura Mangkunegaran Solo
Sampai saat ini, belum diketahui pasti kenapa Romo Diyat yang merupakan guru spiritual Soeharto membangun tugu di Sungai Kaligarang.
"Dulunya Tugu Juni berada di tengah-tengah sungai," kata Johanes, kepada Kompas.com di Tugu Soeharto Semarang, Rabu (18/7/2023).
Dia mengatakan, tugu tersebut dibangun setelah peristiwa Presiden ke-2 Indonesia itu selamat dari perang gerilya dengan cara bersembunyi atau kungkum di aliran muara Sungai Kaligarang tersebut.
"Itu saat agresi militer Belanda Soeharto bersembunyi di sini," papar dia.
Setelah Tugu Soeharto dibangun, mulai ada tradisi kungkum setiap malam 1 Suro di Sungai Kaligarang Semarang.
Masyarakat meyakini, aliran sungai tersebut bisa digunakan untuk membersihkan diri.
"Ada juga yang digunakan untuk mencari nomor, cari jodoh dan lain-lain. Tapi, tidak tahu sekarang ya," kata dia.
Baca juga: Cerita Rahayu Ikut Kirab Malam 1 Suro di Solo, Kondenya Hilang Saat Berebut Udik-udik
Namun, menurut dia, saat ini animo masyarakat yang mengikuti tradisi kungkum di Tugu Soeharto semakin berkurang.
Jika dia lihat, saat ini banyak anak muda yang tidak melakukan tradisi itu. "Era 70-an sampai 2000-an malam Suro ramai," ujar dia.