Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesisir Semarang Disebut Bisa Tenggelam 50 Tahun Lagi, Ini Penjelasan Guru Besar Undip

Kompas.com - 06/08/2021, 22:28 WIB
Riska Farasonalia,
Khairina

Tim Redaksi

 

SEMARANG, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP) Denny Nugroho Sugianto menyebut bukan tidak mungkin kawasan pesisir Kota Semarang bakal tenggelam 50 tahun lagi.

Sebab, penurunan permukaan tanah atau land subsidence saat ini sudah mencapai 10 -12 sentimeter setiap tahunnya.

"Prediksi 50 tahun lagi bisa saja terjadi. Karena kondisinya sudah parah sekali. Ketika hujan sedikit saja sudah banjir. Di jembatan tol kaligawe pasti banjir. Artinya sistem drainase kita sudah tidak mampu. Pembuangan air laut melalui model gravitasi sudah tidak bisa," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/8/2021).

Baca juga: Nelayan Temukan 2 ABK yang Tenggelam di Banyuwangi, 4 Masih Hilang

Menurutnya, penurunan permukaan tanah mempertinggi resiko banjir dan rob yang sudah sering melanda Kota Semarang terutama di bagian utara.

Antara lain di kawasan pelabuhan Tanjung Emas, pemukiman di Tambak Lorok, Tugu, Genuk, perbatasan Demak.

"Kita tahu rob jadi permasalahan di Kota Semarang. Jadi bukan lagi suatu hal yang tiba-tiba datang. Beberapa penelitian menunjukan laju penurunan tanah semakin cepat dari tahun 2009 antara 7- 8 sentimeter per tahun hingga saat ini sudah sampai 10-12  sentimeter per tahun," ujar peneliti senior di Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir (PKMBRP) UNDIP.

Ia menjelaskan penurunan permukaan tanah itu disebabkan oleh sejumlah faktor seperti eksploitasi air tanah yang masif hingga pembebanan bangunan.

"Masyarakat menggunakan air tanah secara berlebihan karena regulasi pemanfaatan air tanah masih lemah. Disatu sisi dilema juga karena pemerintah belum mampu menyediakan air bersih baik untuk sektor bisnis, perkantoran dimana mobilitas masyarakat tinggi," ucapnya.

Untuk itu, antisipasi yang dapat dilakukan yakni melakukan upaya perencanaan tata ruang berbasis mitigasi bencana dan kelestarian lingkungan.

"Selain itu mengurangi pengambilan air tanah yang berlebihan terutama kawasan industri. Regulasi saling terkait jika melarang masyarakat untuk menyedot air tanah tentunya pemerintah juga harus siapkan air bersih. Mungkin bisa bekerja sama dengan swasta," ungkapnya.

Baca juga: Dugaan Pungli Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 di Semarang Sampai Rp 16 Juta, Relawan: Tega Sekali

Selain itu, pembangunan tanggul laut Tol Semarang-Demak oleh pemerintah diharapkan dapat menjadi solusi mengatasi masalah banjir.

"Tol Semarang-Demak itu kan peruntukannya untuk jalan ya, saya melihatnya kurang karena peruntukan beda. Kalau untuk tol akan fokus ke tol. Itu hanya klaim ya. Saya melihat pembangunan tol tidak memperhatikan yang cukup baik fenomena rob dan banjir ini jadi hal yang kontradiktif. Saya berharap sih bisa menyelesaikan masalah," katanya.

Sebelumnya, pernyataan Semarang, Pekalongan, dan Demak bakal tenggelam disampaikan Kepala Laboratorium Geodesi ITB, Dr Heri Andreas.

Bahkan ahli geodesi ITB itu menyebut Semarang dan Pekalongan akan tenggelam lebih dulu dibanding Jakarta karena penurunan tanah atau land subsidence yang masif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suarakan Kemerdekaan Palestina, Dompet Dhuafa Sulsel Bersama MAN Gelar Sound of Humanity

Suarakan Kemerdekaan Palestina, Dompet Dhuafa Sulsel Bersama MAN Gelar Sound of Humanity

Regional
Bukit Lintang Sewu di Yogyakarta: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Bukit Lintang Sewu di Yogyakarta: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Regional
Ketika 5 Polisi Berjibaku Tangkap 1 Preman Pembobol Rumah...

Ketika 5 Polisi Berjibaku Tangkap 1 Preman Pembobol Rumah...

Regional
10 Motor di Parkiran Rumah Kos di Semarang Hangus Terbakar, Diduga Korsleting

10 Motor di Parkiran Rumah Kos di Semarang Hangus Terbakar, Diduga Korsleting

Regional
1 Kg Sabu dan 500 Pil Ekstasi dari Malaysia Diamankan di Perairan Sebatik, Kurir Kabur

1 Kg Sabu dan 500 Pil Ekstasi dari Malaysia Diamankan di Perairan Sebatik, Kurir Kabur

Regional
Menyalakan 'Flare' Saat Nobar Timnas, 5 Pemuda Diamankan Polisi di Lampung

Menyalakan "Flare" Saat Nobar Timnas, 5 Pemuda Diamankan Polisi di Lampung

Regional
Sosok Rosmini Pengemis Marah-marah, Diduga ODGJ dan Dibawa Pulang Keluarganya

Sosok Rosmini Pengemis Marah-marah, Diduga ODGJ dan Dibawa Pulang Keluarganya

Regional
Komplotan Penjual Akun WhatsApp Judi 'Online' Ditangkap, Omzet Rp 5 Juta Per Hari

Komplotan Penjual Akun WhatsApp Judi "Online" Ditangkap, Omzet Rp 5 Juta Per Hari

Regional
Bukan Demo di Jalan Raya, SPSI Babel Kerahkan Ribuan Buruh ke Pantai Wisata

Bukan Demo di Jalan Raya, SPSI Babel Kerahkan Ribuan Buruh ke Pantai Wisata

Regional
Belum Ada Calon Lain, PKB Semarang Dukung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng

Belum Ada Calon Lain, PKB Semarang Dukung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng

Regional
Seorang Penumpang Kapal KMP Lawit Terjun ke Laut, Pencarian Masih Dilakukan

Seorang Penumpang Kapal KMP Lawit Terjun ke Laut, Pencarian Masih Dilakukan

Regional
Mabuk Saat Mengamen, 2 Anak Jalanan di Lampung Rampok Pengguna Jalan

Mabuk Saat Mengamen, 2 Anak Jalanan di Lampung Rampok Pengguna Jalan

Regional
'May Day', Buruh di Jateng Akan Demo Besar di Semarang

"May Day", Buruh di Jateng Akan Demo Besar di Semarang

Regional
Nobar Timnas Bareng Sandiaga di Solo, Gibran: Tak Bicara Politik

Nobar Timnas Bareng Sandiaga di Solo, Gibran: Tak Bicara Politik

Regional
Satgas Cartenz Duga KKB Penyerang Rumah Polisi dan Polsek Homeyo Kelompok Keni Tipagau

Satgas Cartenz Duga KKB Penyerang Rumah Polisi dan Polsek Homeyo Kelompok Keni Tipagau

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com