Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbesar dalam 20 Tahun, Banjir di Malinau Meluas ke Kabupaten Nunukan Kaltara

Kompas.com - 21/05/2021, 10:45 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

MALINAU, KOMPAS.com – Banjir yang terjadi di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara menjadi peristiwa banjir besar sejak 20 tahun lalu.

Banjir akibat curah hujan tinggi ini membuat debit air di Sungai Mentarang meluap dan merendam sejumlah pemukiman warga sejak Minggu (16/5/2021).

Bupati Kabupaten Malinau Wempi W Mawa mengatakan, dibandingkan 20 tahun lalu, banjir kali ini lebih besar dan lebih luas.

Baca juga: 47 Karyawan Perusahaan Alat Berat di Malinau Kaltara Positif Covid-19

 

Saat ini, banjir akibat luapan Sungai Mentarang bahkan mencapai dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan.

‘’Kita di Malinau punya 3 cabang jalur sungai yang induknya Sungai Mentarang. Yang banjir induk sungainya, itu kenapa banjir menyebar di hampir 70 persen Kabupaten Malinau dan lebih besar dibanding 20 tahun lalu. Di beberapa tempat, ketinggian air ada yang sampai 6 meter. Bisa saya katakan ini banjir bandang,’’ujarnya saat dihubungi Jumat (21/5/2021).

Banjir ini akan terus meluas karena curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari belakangan. Meski cepat surut, namun banjir susulan selalu terjadi dan kian meluas.

Saat ini banjir sudah sampai ke dataran tinggi Krayan di Kabupaten Nunukan yang secara geografis terletak di atas Kabupaten Malinau.

Seluruh kecamatan di Krayan, mendapat banjir kiriman dari Sungai Mentarang. Banjir di dataran tinggi ini akan kembali turun dan menambah parah kondisi banjir di Malinau.

"Gambarannya cukup parah meski airnya cepat surut. Bahkan jembatan Bayley dengan konstruksi baja sekalipun hanyut tersapu banjir. Ketinggian jembatan Bayley sekitar 19 meter dari kondisi air normal, bisa saya katakan air naik lebih 20 meter dari Sungai Mentarang,’’jelasnya.

Jembatan Bayley berada di Desa Opik dan menjadi akses utama perekonomian warga yang menghubungkan ke sejumlah desa dan ibu kota kabupaten.

Jembatan sepanjang 45 meter yang dibangun tahun 2015 dengan anggaran APBD Malinau senilai Rp10 miliar inipun musnah dan melumpuhkan perekonomian di kecamatan Bahau Hulu Malinau.

‘’Kita masih melakukan pendataan, petugas dari dinas semua jadi korban banjir. Mereka juga harus menyelamatkan diri dulu, sementara ini ada 14 rumah dilaporkan hanyut. Jembatan Bayley juga, banyak sekolah terendam dan fasilitas omputer dan buku buku pasti rusak. Begitu juga sawah dan lumbung padi masyarakat, bersyukur tidak ada korban jiwa,’’urainya.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka di Solo Dimulai Juli 2021, Gibran: Zona Merah Kami Pending Dulu

Wempi memastikan, pemerintah setempat sudah cukup tanggap dalam penanggulangan bencana. Mereka sudah mendistribusikan bantuan logistik bagi warga terdampak.

Sejauh ini, masyarakat yang rumahnya hanyut diterjang banjir juga sudah berada di rumah keluarganya dan dipastikan mendapat tempat aman.

Nantinya Pemkab Malinau akan melakukan tindakan sosial setelah mendapat data pasti jumlah korban, angka kerugian, serta berapa banyak sarana prasarana yang rusak akibat musibah banjir ini.

‘’Saya mengingatkan warga tetap waspada, banjir biasanya datang di malam hari dan intensitas hujan masih cukup tinggi. Mari kita berdoa sama sama agar banjir segera surut,’’kata Wempi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPDB SMAN/SMKN di Jateng, Kuotanya Capai 225.230 Kursi

PPDB SMAN/SMKN di Jateng, Kuotanya Capai 225.230 Kursi

Regional
Sakit Hati Disebut Kere, Buruh Bangunan di Grobogan Bunuh Rentenir

Sakit Hati Disebut Kere, Buruh Bangunan di Grobogan Bunuh Rentenir

Regional
KPU Kota Serang Terima Dana Hibah Rp 28 Miliar untuk Pilkada 2024

KPU Kota Serang Terima Dana Hibah Rp 28 Miliar untuk Pilkada 2024

Regional
Buron 1 Tahun, Ayah Pemerkosa Anak Kandung di Aceh Timur Dibekuk

Buron 1 Tahun, Ayah Pemerkosa Anak Kandung di Aceh Timur Dibekuk

Regional
Program 'Makan Siang Gratis' Berubah Jadi 'Makan Bergizi Gratis', Budiman Sudjatmiko Ungkap Alasannya

Program "Makan Siang Gratis" Berubah Jadi "Makan Bergizi Gratis", Budiman Sudjatmiko Ungkap Alasannya

Regional
Pantai Jodo di Batang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Pantai Jodo di Batang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
KSP Kopdit Pintu Air Minta Perbaikan Jalan, Pj Bupati Sikka: Saya Tidak Janji tapi Saya Catat

KSP Kopdit Pintu Air Minta Perbaikan Jalan, Pj Bupati Sikka: Saya Tidak Janji tapi Saya Catat

Regional
Keluarga Kalin Puas Pratu FS Jadi Tersangka, Minta Pelaku Dihukum Mati

Keluarga Kalin Puas Pratu FS Jadi Tersangka, Minta Pelaku Dihukum Mati

Regional
3 Desa di Bangka Belitung Terendam Banjir, 225 Jiwa Terdampak

3 Desa di Bangka Belitung Terendam Banjir, 225 Jiwa Terdampak

Regional
Gara-gara Tak Dikasih Tembakau, ODGJ di NTT Aniaya Ayah dan Bunuh Kakeknya

Gara-gara Tak Dikasih Tembakau, ODGJ di NTT Aniaya Ayah dan Bunuh Kakeknya

Regional
Siswi SD di Padang Pariaman Tewas Terbakar Saat Gotong Royong di Sekolah, Luka Bakar 80 Persen

Siswi SD di Padang Pariaman Tewas Terbakar Saat Gotong Royong di Sekolah, Luka Bakar 80 Persen

Regional
Kapal Pengangkut Karam, 40 Ton Beras Bulog Basah

Kapal Pengangkut Karam, 40 Ton Beras Bulog Basah

Regional
Jalur Pantura Semarang-Demak Macet Parah, Apa Penyebabnya?

Jalur Pantura Semarang-Demak Macet Parah, Apa Penyebabnya?

Regional
Jalan Provinsi dan Negara di Rejang Lebong Terhantam Longsor

Jalan Provinsi dan Negara di Rejang Lebong Terhantam Longsor

Regional
Seorang Anak Hilang Terseret Ombak di Pantai Jetis Cilacap

Seorang Anak Hilang Terseret Ombak di Pantai Jetis Cilacap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com