Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/02/2021, 12:50 WIB
Farida Farhan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi ingin ada penataan dan pola penanaman ikan keramba jaring apung di Waduk Jatiluhur. Hal ini menyusul matinya ribuan ikan yang mati di waduk itu.

Dedi tak ingin kejadian kematian ikan secara massal di Waduk Jatiluhur terus berulang. Ia pun berdiskusi dengan Direktur Perum Jasa Tirta 2 dan Menteri Kelautan dan Perikanan soal ini.

Ia ingin ada penataan dan pengaturan pola tanam ikan keramba apung di Waduk Jatiluhur selayaknya menanam padi.

"Kaya penanaman padi lah, semua terkelola ada garis intruksinya, tidak jalan sendiri-sendiri, termasuk pencegahan penyakit," ujar Dedi melalui telepon, Selasa (2/2/2021).

Baca juga: Sekitar 80,5 Ton Ikan Mati Mendadak di KJA Waduk Jatiluhur

Arus balik

Dedi menyebut kematian massal ikan di Jatiluhur karena gas beracun sisa pakan yang mengendap di bawah waduk. Sisa pakan ikan berubah menjadi gas beracun. Saat curah hujan tinggi, arus air di bawah bergerak ke atas.

"Setelah di atas, gas tersebut kemudian dihirup ikan. Ikannya mati," ujar Dedi.

Dedi menyebut biasanya pemelihara ikan tak.memberi pakan saat hujan turun terus menerus. Sebab, jika perut ikan penuh, air dingin, dan jumlah oksigen dalam air sedikit berpotensi menyebabkan kematian massal ikan. Kematian ikan massal membuat petani keramba jaring apung rugi besar.

"Karenanya seharusnya pada Januari, Februari, Maret, keramba ikan (di Jatiluhur) dikosongkan," ungkapnya.

Baca juga: Gubernur Maluku Sebut Ribuan Ikan Mati Misterius karena Ledakan Bawah Laut

Pemilik KJA sampai stress

Dedi menyebut sebetulnya banyak petani keramba Waduk Jatiluhur yang sudah tahu perihal arus balik itu. Hanya saja beberapa di antara mereka berspekulasi memperoleh keuntungan lantaran harga ikan tengah tinggi.

Bahkan saat Dedi duduk sebagai Anggota DPRD Purwakarta, ada beberapa pemilik keramba di Waduk Jatiluhur yang meninggal karena stress dan serangan jantung.

"Mereka kehabisan modal," ujar dia.

Baca juga: Puluhan Ton Ikan Nila di Keramba Jala Apung Sungai Tamiyang Kalsel Mati Mendadak

Akibat hujan terus menerus

Hal yang sama diungkapkan Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta Ade Amin. Ia menyebut penyebab puluhan ikan di Waduk Jatiluhur mati karena cuaca hujan terus menerus selama beberapa hari dari pagi sampe sore.

"Sehingga ikan kekurangan oksigen dan terjadi upweling. Itu yang menyebabkan kematian ikan

Ade mengungkapkan, ikan yang mati di Waduk Jatiluhur sekitar 80,5 ton sampai Minggu (31/1/2021).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com