KOMPAS.com - Sejak Minggu (13/12/2020), warga yang bermukim di kaki Gunung Beser, tepatnya di Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi dibuat resah oleh fenomena tanah bergerak.
Beberapa waktu terakhir, warga menjumpai retakan-retakan pada bangunan rumah dan tanah di permukiman hingga area persawahan.
Pada Jumat (2/1/2021) sore lalu, terjadi tanah ambles yang menggerus lahan persawahan tidak jauh dari permukiman.
Menurut data yang dihimpun oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Cijangkar, terdapat 16 unit rumah yang terdampak oleh kejadian ini.
Rumah-rumah tersebut dihuni oleh 18 kepala keluarga dengan total 40 jiwa.
Tanah bergerak juga mengancam 101 unit rumah yang ditempati 116 kepala keluarga dengan jumlah kesuluruhan 366 jiwa.
Ada 6 rumah yang dibongkar akibat bencana ini. Sementara itu, sebanyak 114 jiwa dari 37 kepala keluarga mengungsi.
Bencana ini mulai dikaji oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Kamis (28/1/2021).
Pemeriksaan dan pengambilan data turut melibatkan Dinas Perindustrian dan Energi Sumber Daya Mineral (PESDM) Kabupaten Sukabumi.
Pengkajian awal bencana geologi ini didasari oleh laporan Pemdes Cijangkar yang ingin mengetahui kondisi tanah di lokasi bencana.
Baca juga: Melihat Kondisi Pengungsi Tanah Bergerak di Kaki Gunung Beser Sukabumi
"Untuk menjaga kekhawatiran masyarakat Dusun Ciherang, karena semakin hari semakin ada retakan," terang Kepala Seksi Pencegahan BPBD Kabupaten Sukabumi Nanang Sudrajat kepada Kompas.com, Kamis.