Nanang memaparkan hasil kajian yang akan dijadikan sebagai rujukan langkah berikutnya tetap menunggu penyelidikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)-Badan Geologi.
"Mudah-mudahan saja tim PVMBG bisa secepatnya ke Ciherang," ungkap Nanang.
Menurut Kepala Seksi ESDM pada Dinas Perindustrian dan ESDM Kabupaten Sukabumi Mukhsin Badrusalam, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya pergerakan tanah, antara lain curah hujan, tofografi, geologi, dan tutupan lahan.
"Sekarang hanya mengambil data lapangan, melihat langsung rekahan-rekahan," jelas Mukhsin setelah pengecekan lapangan.
Ia menuturkan hasil lapangan ini bakal dianalisis oleh timnya, kemudian akan dilaporkan ke BPBD.
Mukhsin menjelaskan apabila dilihat secara topografi, fenomena ini terjadi di lereng.
Dari kacamata geologi, batu breksi dari formasi jampang telah mengalami pelapukan yang sangat kuat.
Baca juga: Bencana Tanah Bergerak di Gunung Beser Sukabumi, Warga yang Khawatir Tinggalkan Rumah
Air masuk ke tanah melalui rekahan. Kemudian, air bertemu dengan batuan yang kuat.
Keberadaan batu kuat ini sebagai medan gelincir yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah.
"Kami hanya sebatas kajian awal. Selanjutnya untuk kajian secara detail oleh Badan Geologi," ucap Mukhsin.
Mukhsin mengimbau supaya warga tetap waspada. Apabila terjadi hujan berintensitas cukup tinggi lebih dari dua jam, Mukhsin meminta warga segera mengungsi ke tempat aman.
"Karena air hujan dapat masuk ke dalam rekahan, sehingga dapat menjadi salah satu pemicu. Mengurug rekahan agar air tidak masuk ke dalam tanah," tutur dia.
Baca juga: Belasan Rumah dan Mushala Terancam Bencana Tanah Bergerak di Purworejo
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Sukabumi, Budiyanto | Editor: Dheri Agriesta, Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.