Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Yaya Karsan, Guru Honorer yang Punya Omzet Rp 1 M dari Layanan Titip Transfer

Kompas.com - 28/11/2020, 10:25 WIB
Reni Susanti,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – “Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.” Ungkapan itu rasanya pas disandingkan pada guru honorer asal Banjar, Jawa Barat, Yaya Karsan.

Yaya merupakan guru honorer SMKN 2 Banjar.

Sejak kecil, ia bercita-cita sebagai guru. Namun kondisi membawanya ke sebuah industri selama bertahun-tahun.

Baru setelah lulus dari IKIP (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia-UPI), Yaya mewujudkan mimpi masa kecilnya sebagai guru.

“Di depan anak-anak, tidak ada yang namanya guru PNS ataupun guru honorer. Hanya ada satu, yaitu guru,” ucap Yaya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/11/2020).

Baca juga: Nestapa Hidup Guru Honorer di Perbatasan RI-Malaysia, Pernah Digaji Rp 1 Juta Setahun

Walaupun memang diakuinya, kesejahteraan guru honorer terbatas. Sama dengan guru honorer lainnya ia mengalami gaji ratusan ribu per bulan.

“Di tahun-tahun awal, honor saya Rp 125.000 per bulan,” katanya.

Kenyataan ini tentunya membuat Yaya harus berjuang lebih keras. Apalagi ia bertekad menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.

“Kelebihan PNS bisa berlari 50-60 kilometer per jam, kalau saya (guru honorer) harus 80-90 kilometer per jam. Kami di rumah, harus berjuang menyiasati hidup,” ucap dia.

Untuk menambah penghasilan selain membantu masyarakat sekitar, ia memanfaatkan kemampuannya di bidang teknologi.

Pada 2006, dengan menggunakan teknologi sederhana ia membuka layanan titip transfer untuk masyarakat sekitar.

Mengingat jarak desanya ke bank mencapai 10 kilometer.

Baca juga: Kisah Oktavia dan 8 Guru Honorer di Pedalaman NTT, 6 Tahun Tak Digaji, Tiap Hari Menyusuri Hutan

Namun, bukan hal mudah meyakinkan masyarakat dengan layanan yang ditawarkannya.

Mereka awalnya berpikir mustahil bagaimana bisa mengirimkan uang dengan teknologi sederhana tersebut.

Dengan banyaknya sosialisasi di televisi, masyarakat pun mulai menggunakan jasanya.

Ada yang mengirim uang saku untuk anaknya yang sekolah di kota.

Ada pula sepuh yang menerima transferan dari anaknya di luar kota atau luar negeri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com