Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami Low Vision Tak Halangi Imam Berprestasi Internasional, Diterima di UGM dan Dirikan Pondok Tahfiz

Kompas.com - 08/09/2020, 16:36 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Keterbatasan fisik tidak membuat Akhlaqul Imam (18) patah arang untuk meraih pendidikan yang tinggi.

Bahkan, remaja asal Padang Laweh, Batu Payuang, Lareh Sago Halaban, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat ini mampu meraih berbagai prestasi di dunia pendidikan.

Akhlaqul Imam merupakan putera tunggal pasangan Yasril (62) dan Erlis Idris (59). Sejak lahir, Imam mengalami gangguan mata berupa low vision (disabilitas netra).

Imam menceritakan, terlahir prematur di usia kandungan 6 bulan 10 hari. Hal itu membuat pertumbuhannya tidak sempurna pada retina pembuluh darah sehingga terjadi gangguan mata Retinopati Prematuritas (ROP). Selain itu juga karena terpajan oksigen tinggi saat berada di inkubator.

"Karena lahir prematur dan juga di inkubator selama 50 hari dampaknya ke mata. Dengan kondisi ini menjadikan jarak pandang maksimal 1,5 meter dan jarak baca 5 cm," ujar Akhlaqul Imam dalam keterangan Humas UGM, Senin (7/9/2020).

Baca juga: Merasa Diminta Mundur dari Sekolah Secara Halus, Pelajar Difabel Ini Menangis di Samping Ibunya

Akhlaqul Imam sampai saat ini harus rutin check up dan konsultasi pada dokter spesialis mata di Jakarta. Hal itu harus dilakukanya untuk memaksimalkan fungsi matanya.

Di dalam aktivitasnya, Imam menggunakan alat bantu seperti kaca pembesar, teropong dan memakai kaca mata silinder.

"Mulai SMP sudah bisa adaptasi. Jadi hanya pakai teropong untuk melihat tulisan di papan tulis dan kalau sekarang pakai handphone lalu zoom," urainya.

Kondisinya tersebut tak pernah membuat Imam patah arang untuk meraih cita-citanya dalam pendidikan. Dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) Imam masuk di sekolah umum.

Dari SD hingga SMA, Imam selalu juara kelas. Ia bahkan aktif dalam mengikuti berbagai kompetisi.

Berkat kerja kerasnya dalam belajar, Imam berhasil meraih berbagai prestasi di tingkat nasional hingga internasional.

Beberapa di antaranya yaitu peringkat 2 disabilitas berpretasi tingkat nasional (2019), meraih medali perunggu Olimpiade Geografi Nasional UGM(2019), terbaik 3 Parlemen Remaja DPR RI (2018), 1 medali emas dan 2 perunggu Global IT Challenge for Youth with Disabilities (2017), medali perak Jambore TIK Penyandang Disabilitas (2017), medali perak Olimpiade Sains Nasional Bidang IPS (2016).

"Kalau lingkungan tidak pernah ada diskriminasi, tapi diri sendiri masih ada perasaan beda, terutama soal mobilitas. Susah jika diminta mengerjakan tugas dengan cepat karena tidak memungkinkan membaca cepat," ucapnya.

Menurutnya keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk meraih impian dan cita-cita. Setiap orang juga memiliki kesempatan yang sama. Dibalik kekurangan sesorang, tentu ada kelebihan.

"Jangan jadikan keterbatasan jadi penghalang dan membuat kita hanya fokus meratapi keterbatasan itu. Selalu berpikiran positif dan yakinlah dari kekurangan pasti ada kelebihan yang menyertai dibaliknya," urainya.

Baca juga: Nasib Alde, CPNS Difabel yang Batal Dilantik karena Dianggap Tak Sehat

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com