Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Suparman Si "Superman", 145 Kali Donasi Darah hingga Dapat Penghargaan dari SBY

Kompas.com - 15/07/2020, 06:00 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Siapa yang tak kenal Superman. Tokoh pahlawan fiksi dari DC Comics ini selalu menolong banyak orang dengan kekuatan supernya.

Namun, siapa sangka di dunia nyata ada juga yang mendedikasikan hidupnya untuk menolong banyak orang.

Bukan dengan kekuatan super seperti milik manusia dari planet krypton itu, tetapi dengan berdonasi darah.

Hal itu yang dilakukan Suparman, Selama 35 tahun, warga asal Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ini rutin mendonasikan darahnya demi menolong orang yang membutuhkan.

Itu artinya selama rentang waktu yang ada, lelaki usia 55 tahun ini sudah berkali-kali merasakan tajamnya jarum suntik.

"Terakhir donasi pada 25 Juni kemarin dan tercatat sebagai donasi ke-145," ujar Suparman melalui sambungan telepon, Selasa (14/7/2020).

Baca juga: 128 ASN dan Pegawai Honorer Pemprov Maluku Positif Covid-19

Kebiasaan berderma darah sudah dilakukannya sejak tahun 1985. Tepatnya selepas menyelesaikan pendidikan di bangku SMA.

Saat awal-awal hendak berdonasi, pria yang akrab dengan sapaan Maman ini sempat ditolak beberapa kali karena berat tubuhnya yang tidak memenuhi syarat pengambilan darah.

Dia pun lantas terpacu meningkatkan bobot tubuhnya dari awalnya 45 kilogram menjadi lebih berat lagi agar bisa berdonasi, hingga kemudian sukses donasi perdana.

Baca juga: Viral, Video Ibu-ibu Unjuk Rasa di Depan SD, Tuntut Sekolah Dibuka Kembali

Pengambilan darah itu dilakukan sekitar tiga bulan sekali di fasilitas kesehatan milik Palang Merah Indonesia di wilayahnya.

Awal pengambilan darah sebanyak 250 cc, lalu belakangan menjadi 350 cc karena ketahanan tubuhnya yang dianggap cukup baik.

Menurut pemilik golongan darah O ini, berdonasi darah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan.

Bahkan jika tidak melakukannya atau sekedar telat waktu menderma, dia mengaku merasakan adanya gangguan kesehatan dan juga berdampak pada menurunnya etos kerja.

"Kalau enggak donasi, badan loyo kerja jadi gak semangat," ucapnya.

Bapak dari tiga anak ini senantiasa menjaga vitalitas tubuhnya agar tetap bisa berdonasi sekaligus menjaga kualitas darah.

Itu dilakukannya dengan cara berolahraga rutin selama 30 menit setiap harinya. Pilihan olahraganya berupa bersepeda dengan jarak tempuh sejauh 5 kilometer.

Selain itu juga aktif dalam sebuah kelompok senam yang bernama olahraga hidup baru (Orhiba), yang menurutnya gerakannya cocok baginya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com