KOMPAS.com - Akhmad Mundholin tidak pernah menyangka menjadi Direktur Utama Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR BKK) Kendal, Jawa Tengah.
Saat masih kecil, bapak tiga anak ini pernah tinggal di panti asuhan karena ekonomi keluarganya sangat memprihatinkan setelah ayahnya meninggal dunia.
Berikut 7 perjuangan Akhmad Mudholin hingga menjadi Direktur Utama BPR BKK Kendal:
Saat usai 2 tahun, laki-laki yang akrab dipanggil Mundholin ini harus menjadi anak yatim karena ayahnya meninggal dunia.
Saat itu, kehidupan ekonomi keluarganya benar-benar memprihatinkan. Bahkan, untuk makan saja, menurut Mundholin, keluarganya kadang masih bergantung dari bantuan tetangga yang dermawan.
Baca juga: Kisah Penghuni Panti Asuhan yang Kini Jadi Direktur Utama
Karena gajinya tidak cukup, ibunya mencari pendapatan tambahan dengan bekerja sebagai tukang sapu di Pasar Pidodo Kulon.
Mundholin remaja menyadari jika ibunya tidak bisa membiayai sekolahnya ke SMP.
Saat tetangganya menawarkan untuk tinggal di panti asuhan agar bisa melanjutkan ke SMP dan SMA, tawaran tersebut langsung diterima.
"Tetangga saya itu pengurus panti asuhan," jelasnya.
Sejak itu ia harus hidup di panti asuhan dan pisah dengan keluarga. Segalanya dilakukan supaya Mundholin bisa sekolah.
Mundholin mengatakan, di panti asuhan dirinya dididik mandiri mulai mencuci baju, merapikan kamar, bersih-bersih, menyapu, mengepel hingga memasak sendiri.
Baca juga: Kisah “Sang Profesor” di Panti Asuhan Mataram...
Ia harus berjalan kaki ketika berangkat dan pulang sekolah.
"Kadang bonceng teman yang memakai sepeda ontel. Kalau tidak ada boncengan ya terpaksa jalan kaki," kata Mundholin.