Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah “Sang Profesor” di Panti Asuhan Mataram...

Kompas.com - 04/06/2019, 11:08 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Kepala Heri (10 tahun) tertunduk. Kedua bola matanya fokus pada kipas angin yang ada di pangkuannya.

Dengan peralatan sederhana, tangan kecilnya mengotak-atik kabel dalam kipas angin temannya yang rusak tersebut. Tak berapa lama, ia mencoba kipas anginnya dan berhasil.

“Ya, berhasil,” ujar Heri saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/6/2019).

Bocah yang bercita-cita menjadi dokter ini dikenal tidak bisa diam. Berbagai peralatan elektronik yang rusak akan dibongkar dan diperbaikinya.

Mulai dari mobil remot, kipas angin, tape radio, hingga jam tangan. Lewat tangan mungilnya, barang-barang rusak itu kembali berfungsi.

Baca juga: Saat Anak Yatim Diajak Belanja, Gugup Masuk Mal hingga Tak Pikirkan Diri Sendiri

Bahkan ia pernah mengotak-atik barang rongsokan semacam dinamo. Lewat keuletannya, dinamo tersebut menjadi sesuatu barang unik yang bisa berputar.

“Pernah juga gagal memperbaiki. Tapi enggak mau menyerah. Misal benda ini gagal, besoknya nyari lagi agar benda ini harus nyala,” tuturnya.

Sang Profesor

Kebiasan ini membuat orang-orang panti baik sesama anak yatim ataupun pengurus asrama menjulukinya “profesor”.

Kepala Asrama Rumah Yatim Cabang Mataram, Jana Amir Sumarna mengatakan, Heri merupakan satu dari 16 anak mukim di panti asuhan yang ia kelola.

Heri dikenal anak yang aktif, senang debat, dan bereksperimen dengan berbagai barang elektronik. Bukan hanya barang rusak yang bisa diperbaiki.

Baca juga: Sambil Jualan Cilok, Bocah Yatim Piatu di Tangsel Tetap Bersekolah

Ada kalanya ia bereksperimen dan membuat kipas angin menjadi rusak. Beberapa kipas angin sudah menjadi korbannya. Namun ia tengah berusaha untuk memperbaikinya kembali.

“Heri anak yatim. Ia tinggal bersama neneknya yang sudah renda dan tidak mampu membiayai. Lalu Heri dititipkan kemari,” ucap Amir.

Sebenarnya, sambung Amir, cita-cita Heri adalah dokter. Namun jika melihat passionnya, Heri lebih cocok mendalami bidang elektronika.

Untuk itu, pihaknya akan berupaya menyekolahkan Heri hingga perguruan tinggi bersama anak-anak mukim lainnya.

Baca juga: Viral dan Bikin Haru, Ini Kisah 110 Anak Yatim Saat Dibelikan Baju Lebaran

“Di Mataram ini kami punya 16 anak mukim dan 1.000 anak nonmukim. Untuk anak mukim, kami biayai 100 persen termasuk sekolahnya,” tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com