Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita 52 Warga Ponorogo Pindah ke Malang, Ajaran Katimun yang Nyeleneh hingga Jual Murah Rumah

Kompas.com - 14/03/2019, 09:17 WIB
Muhlis Al Alawi,
Khairina

Tim Redaksi


PONOROGO, KOMPAS.com — Suasana rumah Katimun, warga Dusun Krajan, Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo nampak sepi.

Tak ada satu pun penghuni yang meninggali rumah tembok satu lantai yang mirip dengan padepokan.

Meski tampak sepi, lantai bagian depan rumah Katimun terllihat bersih. Jaring plastik hitam dipasang keliling menutup bagian depan rumah.

Tiga poster kecil berisi foto lelaki bersorban berjubah putih memegang pedang dipajang di satu jendela bagian kanan. Dua sisanya, dipajang di samping kanan kiri pintu masuk yang terbuat kayu jati.

Di depan rumah Katimun, terdapat bangunan surau berbahan kayu dan berdinding anyaman bambu. Tak jauh dari surau, terdapat bangunan yang disiapkan untuk wudu.

Baca juga: Rumah Tokoh Penyebar Isu Kiamat di Ponorogo Sudah Tak Berpenghuni

Letak rumah Katimun berada di dataran tinggi yang di depannya terhampar pegunungan. Jalan menuju rumah Katimun hanya bisa dilalui kendaraan-kendaraan kecil.

Jarak antara satu rumah dengan rumah warga lain tidak selalu bersebelahan. Satu titik lokasi bisa berdiri dua hingga tiga rumah. Selanjutnya, dalam jarak 50 hingga 100 meter baru ditemukan rumah warga lainnya.

Katimun menjadi sosok yang fenomenal dalam kasus kepindahan 52 warga Ponorogo ke Malang karena isu kiamat.

Pasalnya, warga nekat mengajak keluarganya pindah ke Malang setelah mendapatkan doktrin dari sang guru.

Selain mengajak warga pindah karena isu kiamat, ada beberapa ajaran yang nyeleneh disampaikan kepada pengikutnya.

Diantaranya, Ramadan tahun ini akan ada huru-hara dan perang, kemarau panjang selama tiga tahun, mengibarkan bendera tauhid, membeli foto pengasuh pondok senilai Rp 1 juta dan pasang untuk jadi pusaka, anak-anak tidak boleh sekolah hingga anak bisa mengkafirkan orangtuanya bila tidak ikut ajarannya.

"Ini memang cukup unik dan banyak tidak masuk akal. Mereka katanya nanti seperti pengikut Nabi Nuh. Barang siapa yang ikut mereka tidak akan diterjang kiamat dan selamat. Karenanya disuruh menjual seluruh hartanya," kata Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni kepada wartawan di Ponorogo, Rabu (13/3/2019) malam.

Ipong juga menyebutkan, selain itu, bulan Ramadan ini akan terjadi perang besar. Untuk itu mereka disuruh untuk membeli pedang kepada kiai itu seharga Rp 1 juta.

"Dan diminta mereka mengibarkan bendera tauhid di depan rumahnya. Bahkan ada perintah kalau anaknya ikut rombongan ini sementara bapak tidak ikut maka anaknya berhak mengatakan bapaknya itu kafir," kata Ipong.

Baca juga: 52 Warga Ponorogo ke Malang karena Isu Kiamat Pindah Secara Sembunyi-sembunyi

Namun, sejak menyatakan pindah ke Malang, warga tak mengetahui persis keberadaan Katimun dan nasib 52 warga Desa Watu Bonang yang sudah pindah ke kota apel tersebut.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com