Salin Artikel

Cerita 52 Warga Ponorogo Pindah ke Malang, Ajaran Katimun yang Nyeleneh hingga Jual Murah Rumah

Tak ada satu pun penghuni yang meninggali rumah tembok satu lantai yang mirip dengan padepokan.

Meski tampak sepi, lantai bagian depan rumah Katimun terllihat bersih. Jaring plastik hitam dipasang keliling menutup bagian depan rumah.

Tiga poster kecil berisi foto lelaki bersorban berjubah putih memegang pedang dipajang di satu jendela bagian kanan. Dua sisanya, dipajang di samping kanan kiri pintu masuk yang terbuat kayu jati.

Di depan rumah Katimun, terdapat bangunan surau berbahan kayu dan berdinding anyaman bambu. Tak jauh dari surau, terdapat bangunan yang disiapkan untuk wudu.

Letak rumah Katimun berada di dataran tinggi yang di depannya terhampar pegunungan. Jalan menuju rumah Katimun hanya bisa dilalui kendaraan-kendaraan kecil.

Jarak antara satu rumah dengan rumah warga lain tidak selalu bersebelahan. Satu titik lokasi bisa berdiri dua hingga tiga rumah. Selanjutnya, dalam jarak 50 hingga 100 meter baru ditemukan rumah warga lainnya.

Katimun menjadi sosok yang fenomenal dalam kasus kepindahan 52 warga Ponorogo ke Malang karena isu kiamat.

Pasalnya, warga nekat mengajak keluarganya pindah ke Malang setelah mendapatkan doktrin dari sang guru.

Selain mengajak warga pindah karena isu kiamat, ada beberapa ajaran yang nyeleneh disampaikan kepada pengikutnya.

Diantaranya, Ramadan tahun ini akan ada huru-hara dan perang, kemarau panjang selama tiga tahun, mengibarkan bendera tauhid, membeli foto pengasuh pondok senilai Rp 1 juta dan pasang untuk jadi pusaka, anak-anak tidak boleh sekolah hingga anak bisa mengkafirkan orangtuanya bila tidak ikut ajarannya.

"Ini memang cukup unik dan banyak tidak masuk akal. Mereka katanya nanti seperti pengikut Nabi Nuh. Barang siapa yang ikut mereka tidak akan diterjang kiamat dan selamat. Karenanya disuruh menjual seluruh hartanya," kata Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni kepada wartawan di Ponorogo, Rabu (13/3/2019) malam.

Ipong juga menyebutkan, selain itu, bulan Ramadan ini akan terjadi perang besar. Untuk itu mereka disuruh untuk membeli pedang kepada kiai itu seharga Rp 1 juta.

"Dan diminta mereka mengibarkan bendera tauhid di depan rumahnya. Bahkan ada perintah kalau anaknya ikut rombongan ini sementara bapak tidak ikut maka anaknya berhak mengatakan bapaknya itu kafir," kata Ipong.

Namun, sejak menyatakan pindah ke Malang, warga tak mengetahui persis keberadaan Katimun dan nasib 52 warga Desa Watu Bonang yang sudah pindah ke kota apel tersebut.

Dua tetangganya yang bersebelahan rumah dengan tokoh yang diduga penyebar isu kiamat itu kompak mengaku tidak tahu menahu aktivitas inti pengajian Toriqoh Musa tersebut.

"Rumah saya memang dekat dengan Pak Katimun. Tetapi saya tidak tahu ceritanya seperti itu. Saya sibuk urus anak di rumah," kata Ruminah yang tinggal sebelah timur rumah Katimun.

Ruminah pun mengaku tidak tahu persisnya kapan Katimun meninggalkan rumahnya tersebut. Pasalnya, sebagai tetangga ia tidak pernah dipamiti atau dititipi rumah.

Ia pun tidak mengetahui informasi rumah warga mana saja yang dijual dan ikut Katimun pindah ke Malang.

Ruminah mengetahui di rumah Katimun sering digelar pengajian. Namun, ia tidak begitu menghiraukan lantaran sibuk mengurus anak.

Lain halnya dengan Ruminah, Sukro (32), warga yang tinggal tidak jauh dari Katimun mengatakan banyak rumah dijual setelah 52 warga desa setempat ikut pindah ke Malang.

"Seminggu lalu tiga rumah sama tanah sudah dijual," kata Sukro.

Menurut Sukro, warga yang tidak menjual rumah dan tanah lebih memilih menjual sapi dan sepeda motor.

Sukro menambahkan bila ada warga di dekat tempat tinggal Katimun tetapi mengaku tidak tahu menahu terkait aktivitas Toriqoh Musa justru warga yang sering ikut pengajiannya. Mereka berpura-pura tidak tahu aktivitas Katimun. 

Lain halnya dengan tetangga Katimun, Kepala Desa Watu Bonang, Bowo Susetyo menyebut, dari 16 keluarga yang ikut pindah Katimun ke Malang, baru empat diantaranya terjual.

Sementara sisanya masih dititipkan ke tetangga dan kerabat.

"Baru empat rumah yang dijual," kata Bowo.

Bowo mengaku kaget saat Katimun disebut sebagai orang yang mengajak 52 warganya pindah ke Malang. Ia tak menyangka Katimun yang sudah memiliki jemaah pengajian hingga 300 orang malah berakhir dengan persoalan serius.

Jual murah

Informasi rumah warga pengikut aliran Toriqoh Musa yang selamat saat kiamat rupanya ada benarnya. Seorang warga yang berhasil ditemui di Dusun Krajan, Desa Watu Bonang mengaku membeli rumah dari Marimun senilai Rp 20 juta.

Rumah yang dibeli Sumono hanyalah berdinding asbes dan berlantai tanah. Setelah dijual, rumah itu dalam keadaan kosong.

"Anak saya (Sumono) yang membeli rumahnya pak Marimun sebesar Rp 20 juta. Setelah menjual rumah itu, Pak Marimun bersama keluarga sudah pergi ke Malang," kata Karimun.

Karimun mengatakan Marimun menjual murah rumahnya kepada Sumono untuk biaya hidup di Malang.

Informasi yang dihimpun rata-rata 52 warga yang pindah ke Malang berlatar belakang petani dengan kondisi rumah berdinding asbes dan berlantai tanah.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/14/09171801/cerita-52-warga-ponorogo-pindah-ke-malang-ajaran-katimun-yang-nyeleneh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke