Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Terbaru Tragedi Bus di Cikidang, Kritikan Jusuf Kalla hingga Sopir Akan Kabur

Kompas.com - 12/09/2018, 18:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tragedi di jalur Cikidang-Pelabuhanratu menewaskan 21 orang dan puluhan penumpang lainnya luka-luka.  Sejumlah fakta terungkap dalam kasus tersebut, antara lain pernyataan polisi, jalur tersebut sangat berbahaya untuk dilalui oleh bus.

Lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyoroti uji KIR kendaraan bus. Selain itu, usaha sopir untuk melarikan diri dari lokasi kejadian menarik untuk diamati.

Berikut sejumlah fakta terbaru terkait tragedi Jalur Cikadang-Pelabuhanratu.

1.  Sopir bus maut sempat diingatkan untuk tidak ngebut

Pengendara sepeda motor melintas di belokan lokasi mikrobus masuk jurang di Tanjakan Letter S, Kampung Bantarselang, Kecamatan Cikidang, Sukabumi, Jawa barat, Sabtu (8/9/2018).KOMPAS.com/BUDIYANTO Pengendara sepeda motor melintas di belokan lokasi mikrobus masuk jurang di Tanjakan Letter S, Kampung Bantarselang, Kecamatan Cikidang, Sukabumi, Jawa barat, Sabtu (8/9/2018).

Salah satu pemandu wisata rombongan karyawan PT Catur Putra Grup, Dendi Kinong (45), mengatakan, sempat memperingatkan MA, untuk tidak mengebut.  MA adalah sopir bus "maut" yang mengalami kecelakaan di tanjakan Letter S, Cikidang. 

"Saya melakukan pengawalan dari kawasan Peuteuy, sempat bertemu dengan sang sopir dan memperingatkan sopir agar tak ngebut karena kondisi jalan yang berkelok dan curam," kata Dendi di RSUD Palabuanratu, Sabtu (8/9/2018).

Namun, perkataan Dendi saat itu tidak diindahkan oleh pengemudi bus bernopol B 7025 SAG itu. Saat melintas di tanjakan Letter S, Cikidang, bus tersebut akhirnya bus terjun bebas ke jurang sedalam 30 meter.

Dalam penyelidikan polisi, MA diketahui adalah kernet bus yang diminta untuk menggantikan Fahrudin si sopir bus yang asli. 

Baca Juga: Sopir Bus yang Alami Kecelakaan "Maut" Sukabumi Alami Patah Tulang

2. MA mengalami luka patah tulang

Sejumlah warga melihat sebuah bus berpenumpang wisatawan yang masuk jurang di Tanjakan Letter S, Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018). Data Polres Sukabumi menyebutkan kecelakaan lalu lintas tunggal ini mengakibatkan 21 orang tewas dan 17 luka-luka berat dan ringan.AFP PHOTO/STR Sejumlah warga melihat sebuah bus berpenumpang wisatawan yang masuk jurang di Tanjakan Letter S, Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018). Data Polres Sukabumi menyebutkan kecelakaan lalu lintas tunggal ini mengakibatkan 21 orang tewas dan 17 luka-luka berat dan ringan.

MA (26) diminta Fahrudin alias Jahidi untuk menggantikannya memegang kemudi bus sesaat sebelum memasuki jalur Cikidang.

MA yang minim pengalaman pun tidak bisa mengendalikan laju bus saat melewati jalur ekstrim di Cikidang-Pelabuhanratu. Akhirnya, kecelakaan terjadi di tanjakan curam berbentuk huruf S.

Sebanyak 21 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka, termasuk MA yang mengalami patah tulang.

"Saat awal masuk, kondisi pasien mengalami luka pada beberapa anggota tubuhnya," ungkap Kepala Urusan Humas RSUD Palabuhanratu, Billy Agustian saat dihubungi Kompas.com, Selasa (11/8/2018).

"Pasien langsung masuk IGD dengan diagnosa patah tangan sebelah kanan, kaki mengalami disposisi, luka di kepala bagian depan," sambung dia.

Baca Juga: 6 Fakta Terbaru Bus Masuk Jurang di Cikidang Sukabumi, "Sopir Tembak" hingga Tak Layak Jalan

3. Usai kecelakaan, MA mencoba melarikan diri dengan 'ngesot'

Evakuasi mini bus masuk jurang di Tanjakan Letter S, Bantarselang, Kecamatan Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (9/9/2018).KOMPAS.com/BUDIYANTO Evakuasi mini bus masuk jurang di Tanjakan Letter S, Bantarselang, Kecamatan Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (9/9/2018).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com