Meski mengalami kesulitan pemasaran, dirinya tetap terus memasarkan produknya melalui media sosial. Terakhir produk brosnya terjual sampai wilayah Semarang, Jawa Tengah.
Disela membuat kerajinan, asa untuk sembuh terus diperjuangkannya. Untuk melatih kaki-kakinya setiap pagi ia menggunakan kayu yang dipasang di tanah belakang rumahnya dan bambu memanjang empat meteran sebagai pegangan penganti Parallel bars, sebagai alat latihan berjalan.
Baca juga: Kisah di Balik Kekeringan, Warga Rela Menunggu Air Sisa Telaga
Kakak Hanna, Sutrini mengaku senang adiknya mulai bangkit dan kembali beraktivitas meski dengan keterbatasan.
"Semoga diberikan kesembuhan, Adik saya ini sosok yang tegar menghadapi cobaan, tetap semangat meski ada keterbatasan"katanya
Ketua Forum Kaum Difabel Gunungkidul (FKDG) Mujiono mengatakan dirinya mengapresiasi kegigihan Hanna untuk sembuh.
Selain itu, dia cepat beradaptasi dengan kondisinya. Hanna dinilai layak menjadi motivator disabilitas Gunungkidul untuk menginspirasi disabilitas lain yang mungkin beberapa saat ini masih terpuruk.
"Harapannya para difabel tidak hanya berdiam diri di rumah. Mereka dapat berkarya dengan kemampuan yang ada. Tidak bergantung kepada orang lain," ucapnya
Pihaknya berusaha mengajukan bantuan kursi roda kepada pemerintah. Sehingga memudahkan untuk beraktivitas.
Baca juga: Cerita Nanda, Atlet Difabel yang Kaget Saat Diminta Bawa Obor Asian Games
"Selain memberikan bantuan kami juga akan melakukan pelatihan pemberdayaan untuk kaum difabel, dengan menggandeng beberapa instansi, seperti disperindag dan disdikpora," katanya.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Gunungkidul Sulistyo Hadi menambahkan, saat ini mencatat setidaknya ada sekitar 8.000 penyandang disabilitas di Gunungkidul yang harus menjadi perhatian.
"Tidak hanya Dinsos, tetapi semuanya baik OPD (Organisasi Perangkat Daerah) maupun masyarakat harus bersinergi memberikan dukungan kepada penyandang disabilitas,"ucapnya
Diakuinya, meski terus diupayakan pendampingan, dan dukungan lainnya. Namun karena keterbatasan anggaran yang sering menghambat. "Harus bergantian, dan bertahap," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.