Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Kekeringan, Warga Rela Menunggu Air Sisa Telaga

Kompas.com - 29/08/2018, 08:00 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kekeringan yang terus terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, menyebabkan masyarakat di dusun Ngricik, Desa Melikan, Kecamatan Rongkop. Mereka membuat sumur kecil di telaga Banteng yang sudah mengering sejak beberapa bulan terakhir.

Dari pantauan Kompas.com di telaga Banteng yang menyisakan tanah kering yang mulai retak karena tidak ada hujan sejak lima bulan terakhir. Ada sekitar 10 lubang dengan diameter 15 cm, dan kedalaman sekitar 50 cm.

Dari jumlah itu, hanya ada 1 lubang yang memiliki air, itupun airnya tidak begitu banyak. Disekitar lubang, ada tiga ember ukuran 5 liter dan dua buah ember ukuran 10 liter. Air yang ada di dalam ember pun terlihat sedikit kecoklatan.

Salah satu warga yang memanfaatkan air sisa telaga, Marsidi (56) mengatakan, sejak beberapa minggu terakhir air di sumuran sudah mulai berkurang. Bahkan dalam beberapa hari terakhir harus menunggu sekitar satujam untuk mengumpulkan air bersih satu ember.

Baca juga: Musim Kemarau, Ini 8 Wilayah yang Alami Kekeringan

Warsidi memindahkan air yang berada di galian tanah di telaga banteng ke dalam ember yang dia bawa. Dia terpaksa harus memindahkan air dengan hati - hati karena air yang berada di dalam tanah bisa saja semakin kotor apabila warsidi memindahkan air tersebut secara cepat.

"Sudah sejak beberapa hari ini airnya berkurang, harus menunggu satu jam untuk satu ember. Lumayanlah untuk mengurangi pengeluaran pembelian air,"katanya saat mengambil air di telaga Banteng Selasa (28/8/2018)

Air itu digunakan untuk keperluan sehari-hari misalnya memberi minum ternak, mencuci dan jika air cukup bersih untuk dikonsumsi.

"Disini kalau beli air dari tangki swasta Rp 130.000, tetapi jika membeli dari tangki bantuan relawan Pak Jokowi (Desa Melikan tahun lalu mendapatkan sebuah tangki dari relawan Jokowi) yang saat ini dikelola desa hanya Rp 100.000," jelasnya. 

"Keluarga saya berjumlah 5 orang satu tangki hanya bisa digunakan satu bulan jika harus membeli tiap bulannya saya tidak mampu."

Baca juga: Kisah Warga Terdampak Kekeringan, Terpaksa Mengais Air dari Pipa Bocor

Warga lainnya, Winarti (38) menambahkan, sisa air telaga sebagian digunakan untuk campuran air yang dibeli dari tangki swasta.

"Air dari telaga itu lebih jernih. Airnya itu kalau diendapkan akan jernih. Lebih jernih dibandingkan air yang dibeli dari tangki, karena kalau beli tangki airnya keruh banyak kapurnya,"ucapnya

Dia mengaku sering memanfaatkan air telaga banteng untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, bantuan dari pihak ketiga banyak yang disalurkan ke wilayah tersebut.

"Bantuan air bersih kalau disini setiap kepala keluarga diberikan dua pikul. Lumayan untuk kebutuhan sehari-hari,"ucapnya

Kepala Dukuh Ngricik, Yulianto mengatakan, kedepan pihaknya berharap dari pemerintah memberikan bantuan pipa yang tersambung ke rumah warga. Sehingga saat musim kemarau seperti ini tidak lagi membeli air dari tangki ataupun mengais sisa air telaga.

"Semoga ada solusi yang lebih baik, sehingga tidak perlu kesulitan mencari air bersih," katanya. 

Baca juga: Musim Kemarau, 199 Desa di Jatim Dilaporkan Kekeringan

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com