Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sedih Legenda Pebalap Sepeda Indonesia, Hendrik Brocks (2)

Kompas.com - 30/08/2018, 07:33 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Meskipun mata sudah tidak bisa melihat karena divonis terjangkit penyakit glaukoma, dan jalan pun perlu dipapah serta mengandalkan tongkat, namun Hendrik Brocks masih tetap terlihat segar bugar dengan penuh semangat dan optimis.

Legenda pebalap sepeda Indonesia yang telah diganti namanya oleh Wali Kota Sukabumi saat itu Raden Soewala menjadi Hendra Gunawan setelah meraih tiga emas pada Asian Games IV 1962 di Jakarta ini masih mengikuti perhelatan pesta olahraga Asia tahun ini yang digelar di Jakarta dan Palembang.

Bahkan saat digelarnya nomor balap sepeda jalan raya (road race) sepanjang 150 km di Kabupaten Subang, Kamis (23/8/2018) lalu, pebalap sepeda dengan julukan ''Macan Asia'' ini terus mengikuti perkembangannya. Meskipun hanya mendengarkan berita dari stasiun televisi.

''Saya sedih, bahkan nangis saat tim balap sepeda tidak meraih medali,'' ungkap Hendrik kepada Kompas.com saat berbincang di rumahnya di Jalan Bhayangkara, Gang Rawasalak, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Rabu (29/8/2018).

Baca juga: Nasib Hendrik Brocks, Pebalap Legendaris Peraih 3 Medali Emas Asian Games asal Sukabumi (1)

Padahal, lanjut dia, saat itu salah seorang pebalap sepeda Robin Manulang sekitar 4 kilometer sebelum garis finish sudah bisa lepas dari rombongan. Dia berpikir andalan pebalap sepeda Indonesia ini akan berhasil meraih medali untuk nomor balap sepeda jalan raya.

''Saya dengar, sebelumnya Robin Manulang sudah lepas. Saya bilang ini harapan, tapi rupanya tidak mampu, malah pebalap sepeda dari Kazakhstan yang lolos,'' ujarnya.

Pada pertandingan ini, penelusuran Kompas.com, menyebutkan salah satu andalan pebalap sepeda Indonesia, Robin Manulang pada 4 kilometer menjelang garis finish sempat di posisi kedua. Namun, pada detik-detik terakhir disusul pebalap lain.

Pertandingan nomor balap sepeda jalan raya putra ini medali emas diraih Alexy Lutsenko dari Kazakhstan. Pada posisi kedua Fumuyuki Beppu dari Jepang dan posisi ketiga Navuti Liphongyu dari Thailand.

Baca juga: Rela Tinggalkan Istri yang Mengandung, Mukhib Raih Emas Sepeda Gunung Asian Games

Sementara dua pebalap sepeda asal Indonesia Aiman Cahyadi dan Robin berhasil masuk peringkat 10 besar pertandingan final balap sepeda Asian Games.

Mendengar tim balap sepeda putra tidak dapat menyumbangkan medali pada Asian Games tersebut, dia merasa kecewa dan sakit hatinya. Namun, dia mengakui tidak bisa berbuat banyak, karena saat ini tidak mengikuti perkembangan para atlet balap sepeda jalan raya.

Meskipun sebelumnya sempat menghubungi pelatih dan para atletnya untuk memberikan dorongan semangat dan motivasi.

''Malahan yang melatih itu mantan anak buah saya, RobbyYahya.Tapi saya susah ngomongnya, karena tidak mengikuti perkembangan anak-anak,'' keluhnya.

Baca juga: 3.000 Personel Amankan Venue Balap Sepeda Jalan Raya Asian Games 2018

Namun, lanjut dia, ke depan harapan untuk meraih prestasi dalam balap sepeda masih tetap terbuka. Hanya saja semuanya tergantung pada atlet atau pebalapnyan itu sendiri.

''Harapan masih ada dan harus tetap optimis. Tapi mereka mampu nggak, mau nggak berkorban,'' tanya Hendrik yang juga pernah menjuarai balap sepeda pada beberapa kejuaraan tingkat nasional dan internasional.

''Karena untuk meraih prestasi tidak semudah itu, latihan bukan keras lagi. Sudah tidak ada waktu bermain atau apalah, apalagi pacaran,'' sambung dia yang saat menjuarai Asian Games 1962 mendapatkan pelatih asal Jerman, Niets.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com