NUNUKAN, KOMPAS.com – Sekolah Dasar (SD) 037 Selumit di Kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara) membuat sendiri buku pelajaran tiga dimensi (3D) untuk membantu mempermudah murid kelas 1,2,3 belajar membaca.
Kepala Sekolah SD 037 Selumit Dharmawati mengatakan, buku tersebut memiliki konten lokal dengan materi pembelajaran yang disesuaikan.
"Anak-anak yang membaca (buku tersebut) merasa dekat dengan alam Kaltara karena mereka tahu apa yang dibahas, “ ujarnya, Kamis (19/07/2018).
Beberapa buku yang dibuat seperti buku tentang bunga kantong semar dan bunga busak malay. Kedua tanaman tersebut merupakan tanaman khas di Pulau Kalimantan yang kemudian mempermudah penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
Juga ada buku metamorfosis kupu-kupu, dimana para siswa terlibat langsung pada proses pembuatannya.
Para siswa mengambil ranting, mengambil daun dan menempelnya, sementara guru membuat cerita yang menerangkan proses metamorfosis tersebut.
Baca juga: Kampanyekan Literasi, Anggota Pramuka Ini Keliling Indonesia dengan Sepeda
“Anak anak lebih mudah memahami apa itu metamorfosis karena mereka terlibat dalam membuat buku dengan bahan yang memang ada disekitar mereka,” imbuh Dharwati.
Tak hanya itu, suasana kelas membaca juga dibuat nyaman dengan kegiatan membaca sembari bercerita. Sejumlah siswa SD 037 Selumit Kota Tarakan terlihat asyik menyimak cerita metamorphosis katak yang diterangkan oleh salah satu guru pengajar yang mengenakan celemek.
Celemek yang dikenakan bukan sembarang celemek, tapi celemek buku. Di tengah mereka tergeletak keranjang buku yang berisi buku-buku bacaan.
Menurut Dharmawati, sudah dua tahun terakhir sejak dia menjabat kegiatan bercerita ini diterapkan untuk siswa tingkat rendah, yaitu siswa kelas 1,2 dan kelas 3.
“Di 6 penjuru mata angin sekolah kami itu ada buku. Kami punya lorong baca, saung baca, lapak baca, keranjang buku, gerobak baca, kantin baca dan celemek buku, “ ujar Dharwati.
Menciptakan taman bacaan di seluruh lingkungan sekolah menurut Dharmawati bukan hal sulit, tapi membutuhkan perubahan pola fikir dari guru, siswa dan orang tua siswa.
Baca juga: Aiptu Suddin Kini Kerahkan Keluarganya untuk Menebar Virus Literasi
Selain ketersediaan buku, lingkungan sekolah juga harus ditata sedemikian rupa sehingga siswa merasa nyaman. Untuk penataan, pihak sekolah memanfaatkan barang bekas seperti galon, botol, talang air dan bambu sebagai media.
Setelah kenyamanan lingkungan berhasil di dicapai, dibutuhkan keteladanan dari orang tua dan guru agar siswa juga gemar membaca.
Selain mewajibkan orang tua siswa membaca, pihak sekolah juga mewajibkan guru dan staff membuat jurnal setelah 15 menit membaca buku yang diberlakukan setiap hari.