Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komik Digital Berlatar Sejarah Nusantara, Laku Jutaan Rupiah di Eropa dan AS

Kompas.com - 08/04/2018, 09:56 WIB
Kontributor Bali, Robinson Gamar,
Bayu Galih

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Komik tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi semua kalangan usia, tak hanya anak-anak. Seni dengan menampilkan gambar bercerita ini tidak sulit ditemui saat kita mengunjungi toko buku.

Cerita yang beragam, metode penggarapannya pun terus berkembang mengikuti perubahan teknologi. Namun, tahukah Anda bahwa ada komik yang memiliki nilai jual hingga puluhan juta rupiah tiap edisinya?

Adalah Putu Gde Ary Wicahyana, komikus kelahiran Gianyar, Bali, yang menggagas komik digital dengan nilai jual hingga puluhan juta rupiah per edisi.

Penasaran dengan karya Ary, Kompas.com mendatangi studio Tantraz Comics yang didirikannya, di Kompleks Ruko Merdeka Arcande Nomor 4 di Jalan Merdeka, Tanjung Bungkak, Denpasar, beberapa waktu lalu. Ruangan tempat menggarap komik digital itu terletak di lantai dua ruko.

Dalam ruangan tersebut terlihat enam pekerja berusia muda sedang menggarap pesanan komik. Mereka bekerja dengan komputer masing-masing. Suasana terlihat santai walau sebenarnya sedang menggarap karya yang cukup serius.

Sementara itu, Ary terlihat mengamati dan memberikan arahan, baik soal warna, bentuk, sampai penguatan karakter dalam komik.

"Beginilah kegiatan sehari-hari, terus mengeksplorasi ide agar hasilnya maksimal," kata Ary.

Dia menuturkan, komik digital garapannya tetap memadukan skill menggambar manual dengan menggunakan media digital. Teknologi digital digunakan sehingga warnanya lebih "padat", dengan efek yang lebih hidup.

(Baca juga: "Baladeva", Komik Sastra Indonesia yang Mendunia)

Kisah Nusantara

Komik digital karya Ary memiliki judul Baladeva. Konsep yang diusungnya adalah komik fantasi dengan media garap digital. Dalam narasinya, Baladeva menampilkan latar sejarah di era Raja Airlangga. Cerita pun dipadukan dengan figur dari tokoh zaman tersebut.

Saat itu, Nusantara digambarkan memiliki kemampuan luar biasa. Jadi, latar tempat, situasi, bahkan konfliknya berdasarkan situasi sejarah abad ke-10, dengan jalan cerita dan tokoh yang diberi sentuhan modern.

Semangat yang ingin diangkat adalah bagaimana bangsa kita memiliki tokoh-tokoh yang lebih hebat dari superhero ala komik-komik Amerika Serikat.

Bayangkan saja, Ary menuturkan, dengan kondisi saat itu nenek moyang orang Nusantara bisa membangun Candi Borobudur dengan filosofi yang dalam dan perhitungan yang akurat.

"Jadi semangatnya kan mau menanamkan dan meyebarkan kesadaran sejarah pada generasi muda yang dikemas dengan komik digital. Balutan tokoh zaman itu, tapi diberi sentuhan modern juga dimasukkan di sana. Alirannya paduan Marvel dan komik China, lah," kata Ary.

Ide kekayaan budaya

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com