Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persewaan Komik, Nasibmu Kini...

Kompas.com - 12/06/2017, 11:10 WIB

TULUNGAGUNG, KOMPAS.com - Ribuan buku tersusun rapi di rak yang menjulang sekitar 2,5 meter, di kios berukuran sekutar 3x4 meter di Jalan Pangeran Antasari Tulungagung.

Tidak ada buku baru di kios milik Mudjito (58) ini. Semua berisi komik dan novel tua yang terawat hingga sekarang.

Kios milik Mudjito adalah satu-satunya persewaan komik yang masih tersisa di Kabupaten Tulungagung. Di saat semua persewaan komik gulung tikar, Mujito masih bertahan dengan profesinya.

“Kalau sekarang bertahannya juga sambil jualan koran dan majalah,” ucap Mujito, sembari menunjukkan barang dagangannya.

Saat ditanya berapa komik dan novel yang dikoleksinya, Mudjito hanya menunjukkan sejumlah kertas HVS. Di atasnya berisi judul buku karangan Koo Phing Hoo.

“Lihat saja, yang Kho Ping Hoo saja segini banyaknya. Saya tidak hapal persis, tapi ada ribuan judul di sini,” ujarnya.

Kho Phing Hoo hanyalah salah satu koleksi. Di sini masih ada buku legendaris lain, seperti Api di Bukit Menoreh karya DH Mintardja.

Atau Jaka Sembung karya Djair Warni, yang banyak difilmkan pada masanya.

Generasi 2000-an memang tidak banyak yang mengenal karya-karya tersebut. Namun di tahun 70-an hingga 90-an, karya tersebut sangat melegenda. Setiap cetakannya selalu laris manis dikejar penggemar.

Mudjito mengenang, tahun 70-an setiap minggu dirinya harus ke Surabaya untuk mengejar terbitan Kho Phing Hoo.

Hal yang sama juga dilakukan untuk mendapatkan Api di Bukit Menoreh, yang terbit satu kali dalam satu bulan.

“Dulu rebutan di Pasar Blauran Surabaya. Bukunya belum terbit, yang antre sudah ratusan,” kenang Mudjito.

Ketika itu memang belum ada telepon pintar. Sehingga hiburan paling banyak adalah film dan membaca komik atau novel. Persewaan komik dan novel pun menjamur di semua kota. Mudjito pun ikut merintis usaha persewaan komik di Kota Malang.

Namun karena usaha ini sudah dianggap terlalu jenuh dan persaingannya sangat ketat, tahun 1977 Mudjito beralih ke Sumberpucung, yang saat ini masuk Kabupaten Malang.

Sukses di Sumberpucung, tahun 1983 Mudjito mencoba membuka usahanya di Tulunagung. Di luar dugaan, di kampung halaman ini usahanya berkembang pesat. Bahkan ketika itu Mudjito membuka tiga kios di tempat berbeda.

Baca juga: Diluncurkan, Pesan Kehidupan dari Syafii Maarif dalam Komik "Bengkel Buya"

Halaman Berikutnya
Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com