Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tergiur dengan Hasil Penjualannya, Para Nelayan di Batam Kumpulkan Rumput Liar

Kompas.com - 16/03/2018, 13:51 WIB
Hadi Maulana,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com - Di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), profesi nelayan sangat bergantung pada kondisi perairan di masing-masing daerah.

Sebab, tidak semua daerah memiliki keuntungan yang sama dari penangkapan ikan. Ada daerah yang mengharuskan nelayan berangkat pada waktu tertentu agar hasil tangkapan lebih maksimal.

Ada juga daerah yang tidak membatasi kapan nelayan harus ke laut karena keadaan lautnya tidak mengalami perubahan signifikan, dan beberapa keadaan lain yang sudah banyak diketahui.

Maka dari itu, tidak heran bila ada nelayan yang seharian mencari ikan tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Mengantisipasi hal itu, banyak nelayan di Kepri, khususnya di Kecamatan Galang dan Bulang, Batam, melakukan pekerjaan lain di samping menangkap ikan, yakni mengumpulkan rumput liar atau biasa disebut rengkam yang hanyut karena kuatnya arus dan ombak laut.

Baca juga: Rumput Laut Warga Nunukan Ganggu Jalur Pelayaran Kapal

Meski tidak diketahui kegunaan dari rengkam ini, yang jelas dari hasil penjualan rengkam ini para nelayan bisa mengantongi uang Rp 500.000 hingga Rp 800.000 per minggu.

"Tengkulak atau penampung rengkam mengambil per kilonya Rp 1.200. Kalau rajin, bisalah sampai Rp 800.000-an per minggunya," kata Kasim (62), warga kampung Pulau Panjang, Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Batam, Jumat (16/3/2018).

Awalnya tidak banyak yang melakukan ini, tetapi karena belakangan hasilnya cukup menjanjikan, pengumpulan rengkam ini sudah menyebar ke semua nelayan di Batam.

Pekerjaan yang terbilang ringan ini bahkan juga dilakukan kaum ibu di sela kesibukan mereka mengurusi keperluan rumah tangga.

"Kerjanya mudah, kami tinggal turun pas air surut, sebentar saja sudah dapat banyak. Pekerjaan mudah, makanya banyak yang cari juga," terang Kasim.

Baca juga: Raih Celana Jatuh ke Laut, Petani Rumput Laut Tenggelam

Selain mendapatkan uang, aktivitas ini juga sangat membantu karena jala atau pukat yang ditebar tidak lagi diganggu dengan rengkam, karena perlahan mulai bersih karena diambil para nelayan.

Jumlah rengkam ini bisa saja bertambah jika cuaca cerah karena setiap kilogram rengkam ditimbang ketika sudah melalui proses pengeringan terlebih dahulu.

"Saya sudah lima tahun belakangan menekuni pekerjaan sampingan ini. Jujur, sangat terbantu sekali," tutur Kasim.

Hal senada diungkapkan Yang Nah (60), yang juga mengaku terbantu dengan rengkam ini.

"Setidaknya kami juga punya penghasilan, bahkan untuk pengolahannya juga tidak ribet, yakni cukup dijemur dan kering bisa langsung dijual ke penampung," ucapnya.

Selain itu, rengkam ini sama sekali tidak ada kelasnya. Artinya, semua rengkam bisa dijual dengan harga yang sama.

"Tidak seperti ikan, ada kelas-kelasnya. Semakin baik ikannya, semakin mahal harganya. Kalau rengkam ini tidak, semua sama dan dihargai sama," ujar Yang Nah.

Kompas TV Ello Jello, Inovasi Gelas Berbahan Jeli (Bag 1)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com