Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jamasan Kereta Pusaka Keraton Yogyakarta dan Sisa Air yang Dipercaya Bawa Berkah

Kompas.com - 17/10/2017, 16:28 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengelar prosesi jamasan kereta, Selasa (17/10/2017). Ada dua kereta kencana yang dijamasi, yakni Kereta Kanjeng Nyai Jimat dan Kyai Manik Retno.

Sejak pagi, ratusan warga, baik dari wilayah DIY maupun luar kota, berdatangan di museum Kereta Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk menyaksikan prosesi jamasan Kereta Kencana. Guyuran hujan tak menyurutkan warga masyarakat untuk menyaksikan prosesi ini.

Dua Kereta Kencana milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dijamasi yakni Kereta Kanjeng Nyai Jimat dan Kyai Manik Retno. Jamasan Kereta ini dilakukan oleh para Abdi Dalem keraton.

Kereta Kanjeng Nyai Jimat merupakan kereta kencana yang digunakan pada zaman Sri Sultan HB I sekitar tahun 1800-an, sedangkan kereta kencana Kiai Manik Retno dibuat pada tahun 1815. Kereta kencana ini digunakan oleh Sri Sultan HB IV dan Sri Sultan HB V.

(Baca juga: Cerita di Balik Batik Khas Keraton Yogyakarta)

Putri keempat Sri Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu menyampaikan prosesi jamasan Kereta ini merupakan hajat Dalem, yang digelar rutin setiap tahun. Inti dari prosesi jamasan ini adalah merawat kereta peninggalan leluhur dengan mencuci, membersihkan kotoran yang menempel.

"Prosesi jamasan ini untuk membersihkan. Kereta-kereta ini kan peninggalan leluhur yang harus terus dijaga dan dirawat," ucap Putri keempat Sri Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, Selasa.

Gusti Hayu menjelaskan, ada dua kereta yang di jamasi yakni Kanjeng Nyai Jimat dan Kyai Manik Retno. Kereta tersebut di cuci menggunakan air, jeruk nipis dan bunga. Setelah itu, kereta-kereta tersebut diberi minyak cendana.

Berbeda dengan sebelumnya, tahun ini sekeliling lokasi jamasan kereta dipasangi pagar pembatas sehingga masyarakat yang datang tidak bisa mendekat ke kereta yang sedang dijamasi.

Hal ini diterapkan menurut Gusti Hayu karena jamasan Kereta merupakan hajat Dalem dan prosesi yang penting sehingga tidak sembarang orang boleh mendekat. Prosesi ini juga bukan sebagai ajang foto-foto.

"Bukan masalah ketatnya, tetapi saya mohon dimengerti ini hajat Dalem yang bagi kami upacara penting, bukan ajang foto-foto. Kemarin kami lihat berkali-kali banyak yang nyelonong mendekat, memegang dan foto-foto, padahal pada hari biasa juga tidak diperkenankan," tegasnya.

Dari Wonosobo

Usai prosesi, warga masyarakat dari DIY maupun luar kota yang hadir tampak berusaha mendapatkan air sisa jamasan. Mereka memasukkan air sisa jamasan ke dalam gelas, botol hingga jeriken.

Wanto (53), warga Wonosobo, Jawa Tengah, sengaja datang jauh untuk menyaksikan prosesi jamasan dan untuk mendapatkan sisa air jamasan.

"Berangkat rombongan, tadi malam dari Wonosobo, setiap tahun ke sini melihat sekaligus untuk dapat air jamasan," Kata Wanto, warga Wonosobo, Jawa Tengah.

Wanto mengungkapkan, air sisa jamasan kereta dipercaya bisa membawa berkah. Biasanya, air sisa jamasan ini disiramkan ke sawah agar pertanian tumbuh subur, atau dipercikkan ke barang dagangan supaya laris.

"Kalau saya disiram ke sawah, ya jadi subur. Ada juga yang untuk cuci muka atau dipercikkan ke dagangan agar laris. Tapi banyak yang sudah membuktikan," pungkasnya.

 

 

Kompas TV Ritual Ini untuk Rawat Benda Pusaka dan Ultah Semarang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com