Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Diundang Buka Puasa di Keraton Yogyakarta pada Hari Lahir Pancasila

Kompas.com - 30/05/2017, 10:00 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga Yogyakarta diundang untuk mengikuti buka puasa bersama Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, di Kagungan Dalem Pagelaran Keraton Yogyakarta, Kamis (1/6/2017).

Warga yang datang akan makan nasi bungkus bersama dengan orang nomor satu di DI Yogyakarta itu. Tak hanya Gubernur DIY, Wakil Gubernur KGPAA Paku Alam X dan unsur muspida DIY juga bakal menyantap nasi bungkus bersama masyarakat yang hadir.

Acara yang digelar Gerakan Rakyat (Gerak) Pancasila DIY itu merupakan satu dari beberapa rangkaian kegiatan memperingati hari lahir Pancasila. Pemerintah telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai hari lahir Pancasila dan menjadikannya hari libur nasional.

"Selain buka puasa bersama, nanti ada orasi kebangsaan dari Pak Gubernur yang sudah menyatakan hadir dan berkenan buka puasa bersama dengan nasi bungkus," ujar Ketua Gerak Pancasila, Widihasto, di kantor Kepatihan, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (29/5/2017).

(Baca juga: Sri Sultan Laporkan Situs yang Menyebarkan Berita "Hoax")

Widihasto mengatakan, 11 ribu nasi bungkus disiapkan untuk masyarakat yang ingin buka bersama dalam acara memperingati hari lahir Pancasila itu. Menurut dia, nasi bungkus yang merupakan pemberian masyarakat yang ada di DIY itu memiliki makna tersendiri dalam peringatan hari lahir Pancasila nanti.

"Nasi bungkus jadikan simbol persaudaraan sebagai bentuk kekompakan warga. Karena waktu gempa bumi dan erupsi merapi, masyarakat DIY melakukan gerakan nasi bungkus untuk membantu warga kesusahan. Itu kami reproduksi ulang karena nasi bentuk itu juga bentuk kegotongroyongan yang merupakan nilai-nilai yang terdapat di Pancasila," tutur Widihasto.

Widihasto mengatakan, acara yang dimulai pukul15.00 WIB juga akan menampilkan paduan suara pelajar dari berbagai latar belakang dan sekolah yang ada di DIY. Ia menyebut, 700 siswa SMA di DIY akan menyanyikan lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya, Garuda Pancasila, Mars Pemuda Pemudi, Bagimu Negeri, dan lainnya.

"Kegiatan ini juga untuk merajut kebersamaan sehingga tidak terjadi konflik antarpelajar. Selain itu juga untuk terapi positif bagi pelajar sehingga tidak terpengaruh dengan kegiatan yang tidak bermanfaat seperti kelompok klitih dan sebagainya," ucap Widihasto.

Widihasto mengatakan, ada hal menarik dalam peringatan hari lahir Pancasila. Menurutnya, siswa dari kawasan lereng Gunung Merapi akan membacakan teks Pancasila dalam acara itu.

Selain itu, siswi dari kawasan pantai laut selatan akan membacakan UUD 1945. Ia menyebut, kedua siswa dan siswi itu merepresentasikan garis atau sumbu imajiner antara Gunung Merapi dan laut selatan yang membentang di atas cakralawa langit DIY.

"Konsep acara peringatan hari lahir Pancasila ini dirancang sederhana dan singkat, namun sarat makna," ucap Widihasto.

Widihasto mengajak semua elemen masyarakat hadir dalam acara tersebut. Pihaknya pun memperkenalkan warga mengenakan pakaian atau seraga organisasi, lembaga dan komunitas yang diikutinya. Namun pihaknya melarang warga yang datang membawa bendera kecuali merah putih.

"Silakan pakai pakaian partai atau pakaian adat, yang penting rapi dan sopan. Kami juga minta kepada warga yang datang memakai ikat kepala merah putih," ucap Widihasto.

 

Kompas TV Jejak peninggalannya, seperti Istana Sultan masih ada sampai sekarang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com