Sejak pagi, Jumat (23/10/2015), warga sudah berdatangan ke museum Kereta Keraton di Jalan Rotowijayan, Kota Yogyakarta.
Mereka datang dengan membawa botol air mineral kosong. Bahkan ada yang membawa jeriken. Tak hanya dari Yogyakarta, warga pun datang dari banyak wilayah lain.
Ketika para abdi dalem keraton mulai melakukan jamasan, seretak warga mendekat. Mereka lantas berebut mendapatkan air bekas jamasan.
Tak cukup cuci muka dan membasuh kaki, tampak beberapa warga menguyur tubuhnya dengan sisa air itu.
"Memang dipercaya air ini membawa berkah. Ya sudah turun temurun kalau itu," ucap Tarjem (54), warga Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Tarjem mengungkapkan, dulu dia tinggal di Yogyakarta, dan sejak kecil diajak orangtua untuk ikut dalam prosesi jamasan ini.
Setelah pindah ke Indramayu pun, ia bersama keluarga setiap tahun masih menyempatkan diri untuk datang dan mendapatkan air sisa jamasan.
"Berangkatnya kemarin, sekalian wisata dan menjenguk saudara di sini. Tapi hampir tiap tahun pasti ikut prosesi ini," kata dia.
Tarjam mengaku sengaja membawa jeriken agar bisa membawa pulang air jamasan ke Indramayu. Di sana nantinya, air itu akan digunakan untuk menyiram sawah agar subur.
Seperti diberitakan sebelumnya, dua kereta pusaka milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Kanjeng Nyai Jimat dan Kyai Kutokarjo dijamasi.
Prosesi jamasan kereta pusaka ini digelar pada Selasa Kliwon setiap Bulan Suro bertempat di Museum Kereta Keraton.
Baca: Dua Kereta Pusaka Milik Keraton Dicuci
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.