Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Titik Rawan Macet dan Kecelakaan di Jalur Pantura Lamongan

Kompas.com - 29/06/2016, 14:00 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

LAMONGAN, KOMPAS.com – Dalam rangka mengantisipasi arus mudik, jajaran Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Lamongan dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, memetakan kawasan yang dianggap merupakan titik rawan kemacetan maupun kecelakaan lalu lintas.

Karena sebagai salah satu wilayah yang berada dalam lingkup Pantura, Lamongan juga dipastikan akan dilalui banyak orang dalam arus mudik mendatang. Khususnya, para pemudik yang menempuh perjalanan darat.

“Mulai awal pekan kemarin, kami sudah mulai petakan kawasan-kawasan yang dianggap rawan macet. Seperti di sekitaran Pasar Babat dan sepanjang Jalan Raya Daendels, terutama yang berada di depan kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Maharani Zoo," ujar Kepala Sub Bagian Humas Satlantas Polres Lamongan, AKP Ipung Abdul Aziz, Rabu (29/6/2016).

Khusus untuk simpang empat yang berada di Pasar Babat, tutur Ipung, pihaknya bekerjasama dengan Dishub Kabupaten Lamongan, bakal melakukan rekayasa arus dari depan Polsek Babat sampai simpang empat depan Pasar, untuk meminimalisir kemacetan.

“Selain itu, untuk kawasan yang berpotensi mengalami kemacetan, Polres Lamongan juga bakal menyiagakan personel. Kami juga mendirikan pos pantau dan pos layanan, untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat, terkait arus mudik," terangnya.

Adapun pos pantau yang sudah didirikan jajaran Dishub dan Satlantas Polres Lamongan di antaranya, berada di kawasan WBL, Pasar Babat, serta di area depan Stadion Surajaya. Sementara pos pelayanan didirikan di dua tempat yakni, Babat, Pasar Baru, dan kawasan Terminal Lamongan. Sedangkan pos terpadu, dipusatkan di alun-alun Kota Lamongan.

“Untuk Jalan Raya Lamongan-Babat, saya optimis tidak akan lagi kemacetan selama arus mudik mendatang, karena sudah dibuat empat ruas dengan dua jalur. Kemacetan dalam edisi mudik sebelumnya terjadi, karena jalan belum dibuat empat ruas,” beber Ipung.

Sementara itu, Dishub Kabupaten Lamongan bakal menerjunkan sebanyak 25 personel dan dua unit mobil, untuk melancarkan arus di titik rawan kemacetan. Di mana menurut perkiraan, puncak arus mudik akan terjadi pada H-5 atau pada tanggal 1 Juli 2016. Sedangkan untuk puncak arus balik, diperkirakan pada tanggal 10 sampai dengan 11 Juli 2016.

“Selain melakukan patroli keliling, petugas Dishub juga akan disebar di tiga pos pantau, tiga pos pelayanan, dan satu pos terpadu. Di mana khusus untuk pos terpadu, adalah gabungan dari unsur kepolisian, Dishub, Dinkes (Dinas Kesehatan), BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), serta Unit Pemadam Kebakaran (Damkar),” urai Kepala Dishub Kabupaten Lamongan, Bambang Hadjar.

Terkait arus kendaraan selama gelombang mudik nanti, Bambang juga berpesan, agar para pengendara mewaspadai dan berhati-hati di sejumlah titik, yang dianggap rawan terjadi insiden laka lantas. Yakni, di Jalan Lamongan-Babat km 9 Kecamatan Sukodadi, Jalan Lamongan-Babat km 21 Desa Gembong, Kecamatan Babat, dan Jalan Lamongan-Babat km 4 Desa Plosowahyu.

“Di km 9, terdapat jalan lurus yang dapat memungkinkan terjadinya human error untuk memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Selain itu, di sekitar titik itu juga terdapat persimpangan rel kereta api tanpa palang pintu, dan juga kawasan pasar. Sedangkan di km 21, selain terdapat jalan menikung, juga terdapat pasar dan merupakan akses keluar masuk menuju SMPN Gembong,” pungkasnya.

(Baca juga: Hindari Kepadatan, Pemudik Diimbau Gunakan Jalur Pantura)

 

Kompas TV Kondisi Jalan Jalur Pantura Rusak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com