Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, tapi Tidak Tanpa Air

Kompas.com - 01/04/2014, 14:21 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sekitar 50 orang siswa yang tergabung dalam Forum Pelajar Pecinta Alam menggelar aksi bersih-bersih di Kali Gulung, Desa Jambesari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Selasa (1/4/2014).

Aksi tersebut digelar untuk memperingati Hari Air Internasional yang jatuh pada 22 Maret lalu. Bukan hanya memunguti sampah organik, acara yang diikuti remaja belasan tahun itu juga diwarnai dengan orasi penolakan ekploitasi emas hutan lindung di Gunung Tumpang Pitu. \

Mereka juga membentangkan spanduk warna kuning yang bertuliskan "Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, Tapi Tidak Tanpa Air" di sungai yang menjadi tapal batas antara Desa Jambesari dan Desa Adat Using Kemiren.

Menurut Ketua Forum Pelajar Pecinta Alam Farhan R Fatah, hutan lindung Tumpang Pitu merupakan kawasan resapan air. "Jika pemerintah mengizinkan perusahaan tambang menambang emas di Tumpang pitu maka masyarakat sekitar akan kesulitan air," kata dia.

Sungai Gulung dipilih menjadi lokasi aksi karena sungai tersebut dekat dengan Desa Kemiren yang menjadi desa wisata Using di Kabupaten Banyuwangi. "Karena Using adalah jati diri kami," ungkapknya.

Farhan juga mengatakan menambang di kawaan resapan air sama halnya dengan membunuh kehidupan.

"Untuk memproses emas, setiap harinya perusahaan akan menggunakan air sungai di sekitar Tumpang Pitu sebanyak dua juta liter lebih. Bisa dibayangkan efek kerusakan alam. Bukan hanya petani yang akan terancam, tapi makhluk hidup laiannya juga akan terancam. Apalagi Tumpang Pitu jaraknya sangat dekat dengan Taman Nasional Meru Betiri," kata Farhan.

Bukan hanya itu, siswa kelas satu SMA itu juga mengatakan penambangan emas akan mengancam tempat wisata yang berdekatan dengan Tumpang Pitu seperti Pulau Merah, Teluk Hijau dan juga Teluk Damai.

"Jika emas yang dikeruk habis maka yang tertinggal hanya lahan yang berisi limbah. Pemerintah seharusnya mengembangkan parisiwata saja karena pariwisata itu berkelanjutan dan bisa dinikmati oleh anak cucu kita nanti," ujar Farhan.

Sementara itu, Okta Rizkiyah, salah satu peserta aksi, mengaku senang bisa bergabung di acara tersebut.

"Hari Air International kan belum populer di masyarakat dan kami sebagai generasi muda ingin mensosialisasikan kepada masyarakat terutama pada generasi muda yangs seusia kami. Termasuk juga pembelajaran jika manusia tidak bisa hidup tanpa air, tapi masih bisa hidup tanpa emas. Karena penambangan emas dalam bentuk apapun bisa merusak kondisi air dan berefek buruk pada lingkungan," kata Okta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com