Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan dan Petani Pesanggaran Tolak Tambang Emas

Kompas.com - 27/02/2009, 12:57 WIB

JAKARTA, JUMAT — Nelayan dan petani Pesanggaran, Banyuwangi, menolak kegiatan penambangan  emas di daerah Tumpang Pitu, Banyuwangi, Jawa Timur. Kegiatan tambang itu dinilai merusak ekosistem dan mengancam mata pencarian warga setempat.

"Di mana-mana kegiatan tambang tidak ada yang menguntungkan masyarakat setempat. Hanya akan mengancam mata pencarian dan merusak lingkungan," ujar Hadi Trimarto, koordinator Koalisi Tolak Tambang di Tumpang Pitu (KT3P), yang memberi konferensi pers terkait penolakan masyarakat di Kantor Jaringan Advokasi Tambang, Jakarta, Jumat (27/2).

Menurut KT3P, tambang emas yang dibangun oleh PT IMN di Tumpang Pitu memakan areal seluas 11.621 hektar yang meliputi kawasan Gunung Tumpang Pitu, Gunung Jatian, Gunung Wedi Ireng, Gunung Sumber Salak, Gunung Macan, dan kawasan hutan lindung setempat.

Trimarto mengatakan, Gunung Tumpang Pitu merupakan kawasan penyangga terhadap terpaan angin laut yang masuk wilayah permukiman penduduk. "Selain itu, daerah kami juga rawan gempa dan tsunami. Pada tahun 1994  terjadi tsunami yang memakan korban 250 jiwa," ujar Trimarto. Jika Gunung Pitu dieksplorasi, maka akan memperparah lagi kerusakan yang ada bila tsunami datang.

Ngademi, salah seorang perwakilan dari warga, mengatakan, di daerahnya di wilayah Ringin Agung, mayoritas penduduknya adalah petani jeruk. "Luas wilayah perkebunan jeruk 500 hektar dan jika musim panen satu hektar menghasilkan Rp 70 juta. Jika kegiatan tambang tetap dilaksanakan, limbahnya akan mencemari Sungai Gonggo yang merupakan satu-satunya sumber air untuk kebun jeruk," ujarnya. "Kami bisa mengalami kerugian yang besar akibat pencemaran itu."

Menurutnya, dampak akibat pencemaran bukan hanya dirasakan warga sekitar Gunung Pitu, namun meluas sampai daerah lain. Dikatakan Nani, warga Pantai Grajagan, limbah yang dibuang ke laut akan merusak ekosistem dan hasil laut. "Padahal di tempat kami kaya hasil kerang. Kalau air tercemar, kerang akan teracuni dan tidak dapat dijual lagi," ujarnya.

KT3P menyatakan bahwa tambang emas hanya akan menyerap sekitar 80 tenaga kerja setempat, tapi mematikan mata pencarian banyak penduduk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com