Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maria Getrudis, Satu-satunya Perempuan Penjual Ikan Kering di TTU

Kompas.com - 05/12/2013, 09:25 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Maria Getrudis Uskono alias Udis mungkin menjadi satu-satunya wanita di Kabupaten Timor Tengah Utara yang memilih profesi sebagai penjual ikan kering. Dia berkeliling dengan menggunakan sepeda motor di wilayah yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, Timor Leste.

Wanita lajang berusia 34 tahun itu menetap di Kelurahan Humusu C, Kecamatan Insana Utara, mengaku terdesak kebutuhan ekonomi, hingga menggeluti pekerjaannya sekarang.

Udis rela menggeluti pekerjaannya yang kebanyakan dilakukan oleh kaum laki-laki hanya semata-mata untuk membantu kedua orangtuanya yang memang sudah tua renta. Terhitung hingga hari ini, sudah 14 tahun dia berdagang dengan cara itu.

“Saya sudah jualan ikan kering menggunakan motor, sejak tahun 1999 yang bertepatan dengan maraknya eksodus warga Timor Timur (Timtim) ke wilayah Kabupaten TTU. Pertama kali berjualan ikan, saya sempat merasa minder karena pekerjaan ini, biasanya hanya dilakukan oleh laki-laki," ungkapnya di Kefamenanu, Rabu (4/12/2013) kemarin.

Setelah putus sekolah di kelas III SMP tahun 1995, putri bungsu dari pasangangan suami istri Hendrikus Uskono (80) dan Marsela Lopis (69), kemudian bekerja di perusahaan nener selama dua tahun.

Di tempat kerja pertamanya itu ternyata tidak bisa mencukupi kebutuhan. Sebab, penghasilan yang diperoleh sangat kecil, sehingga ia mengambil keputusan untuk pindah kerja sebagai pengumpul batu mangan.

Rupanya penghasilan dari usaha mangan pun tidak jauh berbeda dengan pekerjaan pertamanya. Udis pun memilih untuk berhenti dan mencari jenis pekerjaan lain yang bisa lebih menambah pemasukan.

Maka dengan sisa modal yang dikumpulkannya saat bekerja, Udis lalu membeli satu unit sepeda motor dengan cara kredit. Motor itulah yang setiap hari digunakan Udis untuk membawa ikan kering yang digantungkan di bagian belakang jok motor.

Dia membawa ikan itu dari Wini menuju Kefamenanu yang jarak tempuhnya kurang lebih 40-an kilometer.

“Sehari-hari saya bawa ikan kering dari Wini ke Kefamenanu, sebanyak 500 natok (ikat) dan saya jual tiap natok Rp 2.000. Kalau ada pembeli yang menawar, saya kasih tiga natok Rp 5.000. Modal yang saya pakai untuk beli ikan di nelayan sebanyak Rp 500.000 sehingga kalau semua laku terjual, keuntungan yang saya dapat lumayan banyak, yang bisa digunakan untuk keperluan makan minum sehari,” kata dia.

”Dari hasil jualan ikan, saya sudah beli tiga motor dan motor-motor itu saya kasih untuk keponakan yang sekolah di SMA dan juga bisa membantu membayar biaya sekolah keponakan-keponakan yang lainnya,” ungkap Udis bangga.

Dalam usaha jualan ikan keringnya, Udis juga kerap mengalami masa-masa sulit, diantaranya, pernah dipalak oleh sejumlah preman mabuk. Ikan yang dibawa semuanya dirampas, ada juga pembeli yang berutang dalam jumlah banyak, dan uangnya tidak dikembalikan hingga hari ini. 

Udis pun beberapa kali terjatuh dari motor. “Saya anggap semua tantangan itu adalah ujian buat saya untuk tetap tegar menekuni usaha saya ini. Ada juga hal yang lucu yang saya alami yakni banyak pembeli yang mengira saya ini laki-laki karena rambut saya yang pendek ini,” kata Udis.

Udis mengaku belum terpikir dalam benaknya untuk menikah karena masih ingin fokus membantu kedua orangtuanya yang sudah tidak mampu bekerja lagi. ”Semua kakak saya sudah berkeluarga dan punya tanggungan istri dan anak sehingga waktu mereka sedikit untuk melihat bapa dan mama,” keluhnya Udis.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com