Salam Suwoto, seorang petani setempat, mengaku tanaman padi seluas 2 hektar miliknya tidak bisa diselamatkan dari serangan tikus. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan serangan hama tikus, mulai pengasapan, penyergapan, dan penyetruman, tetapi masih sulit ditanggulangi.
"Hama tikus menyerang areal pesawahan siang dan malam sehingga kami kesulitan memberantasnya. Habis maghrib disetrum, jam 10 malam dapat 500 ekor tikus. Itu setiap hari lho Mas," keluh Salam, Rabu (13/11/2013).
Untuk satu hektarnya, petani mengeluarkan modal Rp 4 juta-Rp 5 juta. "Modal saya sudah habis, padahal untuk menghidupi keluarga hanya mengandalkan hasil panenan. Hanya bisa pasrah Mas, kalau terlalu dipikir nanti malah sakit," imbuhnya.
Menurut Kepala Desa Bumirejo, Abdul Rohman, luas areal persawahan di Desa Bumirejo seluruhnya mencapai 300 hektar, dan semuanya diserang hama tikus, meliputi tanaman padi seluas 150 hektar dan 150 hektar lainnya tanaman palawija.
"Bisa dikatakan petani di sini gagal total, padahal 98 persen warga menggantungkan hidupnya dari hasil sawah," jelas Abdul.
Semestinya setiap hektar hasil panennya mencapai 6-7 ton gabah, dan menghasilkan uang Rp 20 juta sampai Rp 25 juta. "Karena adanya serangan hama tikus, petani hanya bisa gigit jari," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.