NUNUKAN, KOMPAS.com – Sejumlah warga tampak mengisi kursi antrean di Balai Desa Sei Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), Minggu (30/6/2024). Mereka menunggu giliran untuk pencocokan dan penelitian (coklit) pilkada 2024.
Di antara antrean tersebut tampak dua wanita berumur 40 tahunan bernama Syarifah dan Dewi. Keduanya terlihat bercanda dan melepas tawa renyah mereka.
Hal tersebut merupakan momen langka bagi mereka berdua. Pasalnya, ibu-ibu paruh baya tersebut biasanya sibuk memungut dan mengumpulkan biji kelapa sawit di perkebunan di Malaysia.
Baca juga: Ratusan TKI di Malaysia Datang ke Sebatik untuk Coklit, demi Hak Pilih di Pilkada 2024
Mereka pun rela menempuh medan yang tak mudah dari Malaysia menuju Sebatik untuk mengikuti coklit.
‘’Kami naik kereta (motor) pagi-pagi datang kesini. Licin jalanan, becek juga, sering kami jatuh di jalan tuh, kapanlah bisa dibaiki itu jalanan kasihan,’’kata Syarifah, kepada wartawan.
Syarifah mengatakan, jalanan perkebunan yang rusak dan licin, bukan hambatan bagi mereka tidak hadir untuk pendataan pemilih di Pilkada Nunukan 2024.
Ia mengaku sudah sangat terbiasa dengan keadaan tersebut. Syarifah yang sudah sekitar 20 tahun berdomisili di Kampung Bergosong Malaysia tetap bersemangat untuk datang ke Sebatik mengikuti coklit.
‘’Bisa sekalian belanja kebutuhan rumah. Perusahaan beri kami libur kerja kalau ada urusan coklit macam ni,’’imbuhnya.
Syarifah mengaku dipermudah saat keluar masuk Indonesia-Malaysia. Pasalnya, aparat setempat sudah kenal dan hafal wajah mereka.
Berbeda halnya dengan pekerja baru, polisi Malaysia akan memeriksa dokumen imigrasi dan juga izin dari perusahaan.
‘’Tak susah, tak payah pakai dokumen. Kami orang lama dan dikenal juga oleh Polis. Jadi mudah je keluar masuk,’’kata dia.
Terlebih, anak anak Syarifah juga bersekolah di Pulau Sebatik Indonesia. Mereka datang pagi buta ke sekolah, melewati jalanan tengah kebun sawit, dan akan kembali pada sore hari.
‘’Anggap je undangan pendataan atau coklit ini hiburan. Kita diberi libur perusahaan, bisa berkunjung ke rumah saudara, sambil belanja kebutuhan untuk dibawa masuk balik kan,’’katanya.
Terpisah, Ketua PPK Sebatik Tengah, Asdar, mengatakan, antusiasme WNI di tapal batas sangat tinggi.
Kesadaran sebagai warga Negara yang memiliki hak suara dan berperan penting dalam setiap pesta demokrasi, seakan sudah mengakar dalam.
‘’Sehingga memanggil para WNI kita di wilayah Malaysia, tidak susah. Bisa dilihat, setiap pemilu, antusiasme mereka cukup tinggi. Mereka masuk Indonesia naik motor lewat jalanan kebun, sekitar satu jam lebih,’’kata Asdar.
Saking tingginya antusiasme warga, ada remaja bernama Nur Alani (15) yang meminta dicoklit juga.
Baca juga: Tokoh Masyarakat di Solo Jadi Sasaran Coklit Pilkada 2024, Berikut Namanya
‘’Jadi mungkin dia sebenarnya disuruh orang tuanya mewakili coklit. Tapi akhirnya minta dicoklit juga. Tapi coklit kan tidak bisa diwakili, kita beri pengertian agar orangtuanya yang datang langsung,’’jelasnya.
Gadis remaja tersebut, mengaku datang bersama teman sebayanya, dan beranggapan bisa ikut mencoblos pada Pilkada Nunukan 2024 nanti.
Dengan polosnya, ia menyodorkan Kartu Keluarga (KK), sekaligus meminta agar petugas Pantarlih sudi sekalian mencoklitnya.
‘’Jangan ditanya kalau ada hajatan pemilu atau even kenegaraan. Para WNI di Malaysia masih sangat tinggi kepedulian mereka,’’tegas Asdar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.