Kata para siswa, di ruang kelas, SZ awalnya bertanya ke tujuh siswa dan YN, soal kabar mereka membuat masalah di kantor camat.
Awalnya mereka tidak mengaku, setelah didesak akhirnya para siswa mengakuinya.
"Mereka akui ada kesalahan, mereka sekretaris camat menyuruh mereka mengangkat genset, tetapi mereka (tidak mau), alasan siswa itu tidak dengar pak (saat disuruh), disitulah kepala sekolah mengepalkan tangannya, bukan ditinju tapi didorong ke kening kedelapan siswa tersebut," ujar Yasokhi.
Baca juga: Kepsek Diduga Aniaya Siswa SMK Nias hingga Tewas karena Tak Mau Angkat Genset
Yasokhi menjelaskan jumlah dorongan kepalan tangan itu bervariatif ke siswa tersebut, ada yang empat kali, tiga kali atau dua kali.
"Saya tanya kalau ke almarhum berapa kali? Mereka jawab serentak dua kali," ujar Yasokhi.
Namun kata tujuh saksi tersebut, dorongan itu tidak keras.
"Saat itu tidak ada di antara kami mengeluh sakit sama sekali, tidak ada yang jatuh saat itu, tidak ada yang oleng, waktu Kepsek melakukan pembinaan," ujar Yasokhi menirukan dialognya dengan para siswa saat pemeriksaan.
Dalam pemeriksaan, Yasokhi juga meminta anak-anak tersebut memperagakan bagaimana cara SZ, mendorongkan tangan ke kening mereka.
"Saya bilang ke anak-anak mohon (memperagakannya) ke saya aja, kalian buat di kening saya, agar saya bisa merasakan seberapa kuat tangan kepala sekolah mengepalkan ke kepala saya," ujar Yasokhi.
"Mereka mempraktekkan semua ketujuh ini ke saya, tapi saya nggak tahu ya apakah mereka pelan-pelan memperagakannya, karena saya yang jadi bahannya. Waktu itu saya tidak papa walaupun tujuh orang mempraktekkannya di kepala saya," ungkap Yasokhi.
Baca juga: Kronologi Eks Casis Bintara Asal Nias Dibunuh Oknum TNI AL, Jasad Dibuang ke Jurang 1,5 Tahun Lalu
Yasokhi lalu menjelaskan berdasarkan keterangan teman-teman YN, selepas pembinaan itu, pada 18-19 Maret 2024, siswa itu masih sehat dan mengikuti kegiatan prakerin di kantor camat.
Baru pada Rabu (20/3/2024), dia mulai tidak hadir prakerin.
Meskipun begitu salah seorang teman YN, sempat bertemu dengan YN pada Minggu (24/3/2024), saat itu YN dalam keadaan sehat. YN lalu tidak datang lagi prakerin, Senin (25/3/2024).
Kemudian Selasa (26/4/2024) YN mengabari ke temannya kalau dirinya sedang sakit dan tidak bisa hadir di kegiatan prakerin. Setelah itu lah korban tidak pernah datang lagi ke prakerin maupun ke sekolah.
Meskipun SZ membantah dugaan penganiayaan terhadap YN, Disdik Sumut kata Yasokhi menyerahkan sepenuhnya penyelidikan ini ke polisi.
"Berdasarkan (pemeriksaan) dengan anak anak ini, tidak terjadi penganiayaan atau kekerasan, namun bila ada petunjuk lain, kita siap mengikuti prosedur hukum dan tidak menghalangi, marilah kita tunggu proses hukum dari pihak kepolisian," ungkapnya.
Baca juga: Sebelum Meninggal, Siswa SMK di Nias Disebut Dibariskan dan Dipukul Kepala Sekolah
Sebelumnya diberitakan, YN (17), pelajar SMK Negeri 1 Siduaori, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, tewas diduga dianiaya kepala sekolahnya, SZ (37).
Korban diduga dipukul di bagian kening sebanyak lima kali oleh SZ. Usai dipukul, korban mengalami pusing di hari yang sama. YN sempat menjalani perawatan di rumah sakit.
Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka bekas pukulan di bagian kening sehingga membuat salah satu saraf tidak berfungsi. Keadaan ini membuat kondisi korban semakin parah hingga akhirnya meninggal pada 15 April.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.