KILAS DAERAH

Kilas Daerah Semarang

Wujudkan Keluarga Berkualitas, Pemkot Semarang Libatkan PKK Implementasikan Gerakan Kembali ke Meja Makan

Kompas.com - 28/06/2024, 21:25 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang tengah berupaya mengimplementasikan program Gerakan Kembali ke Meja Makan melalui kader-kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). 

Untuk diketahui, Gerakan Kembali ke Meja Makan merupakan program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang bertujuan mewujudkan keluarga berkualitas dan mencegah terjadinya stunting.

Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, PKK Kota Semarang tengah melakukan kegiatan masif, salah satunya dengan menggelar Gebyar 10 Program PKK. 

Bahkan, kata dia, PKK Kota Semarang juga menggelar Gebyar PKK di kecamatan-kecamatan setiap minggu. 

"PKK Kota Semarang saat ini sudah mulai melakukan banyak kegiatan, seperti Gebyar 10 Program PKK yang di dalamnya ada lomba masak, menghias, dan mengimplementasikan 10 program PKK,” ujar Walkot yang akrab disapa Mbak Ita

Baca juga: Raih Penghargaan dari PBB, Mbak Ita Ungkap Kunci Sukses Entaskan Stunting di Kota Semarang

Hal tersebut dikatakan Mbak Ita usai kegiatan Gerakan Kembali ke Meja Makan (Sarapan Bergizi Keluarga) dalam peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Balai Diponegoro, Kota Semarang, Jumat (28/6/2024). 

“Kami akan selipkan juga kampanye gerakan kembali ke meja makan yang digaungkan BKKBN," ujarnya dalam siaran pers. 

Mbak Ita mengatakan, eksekusi gerakan itu akan sampai ke lini terbawah hingga tingkat rukun tetangga (RT) dan tataran paling bawah. 

"Dari PKK itu, kami akan ajak ibu-ibu untuk memasak, yang otomatis makanan yang disajikan di meja makan akan disantap bersama keluarga," imbuhnya. 

Dia menyadari, implementasi Gerakan Kembali ke Meja Makan butuh kesadaran masyarakat untuk bergerak. 

"Memang tidak bisa setiap waktu makan bersama, tetapi bisa quality time. Mungkin seminggu dua kali. Seperti saya, suami, dan anak saya memiliki profesi berbeda-beda, tetapi kami berusaha seminggu dua kali," katanya. 

Baca juga: Mampu Turunkan Stunting 10 Persen, Kota Semarang Jadi Tuan Rumah Harganas Ke-31 dan Layani 10.000 Tamu

Terlebih, kara Mbak Ita, kampanye Gerakan Kembali ke Meja Makan memiliki banyak manfaat. 

"Seperti yang disampaikan Kepala BKKBN, gerakan kembali ke meja makan ini untuk membuka komunikasi antara orangtua dan anak-anaknya, sekaligus menyosialisasikan sarapan bergizi kepada masyarakat," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Mbak Ita juga mempraktikkan kemampuannya memasak menggunakan resep dari Buku Resep Megawati Soekarnoputri untuk ibu hamil dan anak baduta stunting

Mbak Ita melakukan demo memasak bersama Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) BKKBN Reni Hasto Wardoyo, Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Tengah (Jateng) Sinta, dan Ketua Persit Chandra Kirana Daerah IV/Diponegoro Sandy. 

Ada empat menu yang dimasak, yakni bubur pelangi, bubur kentang ikan mujair, bubur ubi ungu, dan semur ayam. 

Baca juga: Jadi Tuan Rumah Harganas Ke-31, Pemkot Semarang Hadirkan Rangkaian Kegiatan Menarik

"Bersama ibu-ibu tadi memasak menu resep Ibu Megawati, resep untuk ibu hamil dan anak untuk baduta stunting yang untuk umur 6-8 bulan, 9-11 bulan, 12-24 bulan dan untuk ibu hamil. Tentunya selain bergizi juga harganya murah," ujarnya. 

Manfaat Gerakan Kembali ke Meja Makan 

Pada kesempatan itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengajak orangtua kembali menggabungkan Sarapan Bergizi Keluarga melalui Gerakan Kembali ke Meja Makan. 

“Kegiatan pagi hari ini adalah kegiatan kembali ke meja makan. Manfaatnya banyak sekali. Hari ini, orangtua sering kehilangan waktu dan kehilangan cara, bahkan kita sering kehabisan kosa kata untuk bisa bicara dengan anak-anaknya,” katanya.

Hasto mengatakan, ketika anak bertumbuh dewasa, banyak dari mereka yang mulai hidup sendiri-sendiri dengan caranya sendiri sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan orangtua. 

“Salah satu caranya adalah kembali ke meja makan. Kemudian, kita bisa bertemu dan berbagi di situ,”  ungkapnya. 

Baca juga: Meski Urus Stunting, BKKBN Belum Dilibatkan dalam Program Makan Siang Gratis Prabowo

Dia menyebutkan, manfaat yang ada di meja makan cukup besar, salah satunya bisa untuk curhat. 

“Kalau kita ingin menasihati anak pun sebetulnya bisa dengan perasaan di meja makan, itu juga bagus,” ujarnya. 

Hasto mengatakan, saat duduk bersama di meja makan, orangtua juga bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk sosialisasi gizi kepada anak. 

Dia mencontohkan, orangtua dapat menerangkan tentang apa saja yang dimakan dan bagaimana makanan itu memberi manfaat pada tubuh dengan bahasa sederhana. 

“Manfaat untuk sosialisasi gizi seimbang, mencegah stunting, saya kira itu bisa dilakukan,” jelasnya. 

Baca juga: BKKBN Sosialisasi Cegah Stunting melalui Tradisi dan Kearifan Lokal Mitoni

Adapun BKKBN mengampanyekan Gerakan Kembali ke Meja Makan yang masuk dalam rangkaian kegiatan peringatan Harganas ke-31 di Kota Semarang selama sepekan, pada 23-29 Juni 2024. 

Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Jateng Nana Sudjana menyampaikan, gerakan Sarapan Bergizi adalah salah satu contoh upaya untuk menurunkan atau mengentaskan masalah stunting

“Gerakan Kembali ke Meja Makan sangat baik. Makanya kami harapkan masyarakat di Jateng untuk tidak terlalu menyibukkan diri hingga lupa dengan keluarga kita,” ujarnya. 

Nana mengatakan, waktu berkualitas atau quality time yang dihabiskan bersama dalam keluarga diperlukan. Salah satu tujuannya adalah memberikan perhatian pada buah hati. 

Ia menambahkan, keluarga bahagia memiliki keterkaitan dengan pembangunan karakter bangsa. 

“Dengan keluarga yang berbahagia, bangsa ini akan memiliki karakter dan menjadi kuat dan maju,” ungkapnya.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Program Makan Siang Gratis Tidak Tepat Atasi Stunting, Ini Tanggapan Menko Airlangga

Baca tentang

Terkini Lainnya

15 Kuliner Lontong Khas Nusantara yang Menggugah Selera

15 Kuliner Lontong Khas Nusantara yang Menggugah Selera

Regional
Menangkal Potensi Zoonosis Tuberkulosis pada Orang Rimba

Menangkal Potensi Zoonosis Tuberkulosis pada Orang Rimba

Regional
Komunitas Pemalang Bergerak Sulap Sampah Jadi 'Paving Block'

Komunitas Pemalang Bergerak Sulap Sampah Jadi "Paving Block"

Regional
Seorang Pria Ditemukan Tewas di Pondok Kebun Sawit Bangka Barat, Ada Luka Lebam

Seorang Pria Ditemukan Tewas di Pondok Kebun Sawit Bangka Barat, Ada Luka Lebam

Regional
Pembunuh Terapis di Grobogan Ternyata Sempat Nyabu Sebelum Beraksi

Pembunuh Terapis di Grobogan Ternyata Sempat Nyabu Sebelum Beraksi

Regional
SPBU di Karanganyar Terbakar, Awalnya Muncul Percikan Api dari Mobil

SPBU di Karanganyar Terbakar, Awalnya Muncul Percikan Api dari Mobil

Regional
Pengurus Yayasan Rehabilitasi Narkoba di Sambas Ditangkap Jualan Sabu

Pengurus Yayasan Rehabilitasi Narkoba di Sambas Ditangkap Jualan Sabu

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 30 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 30 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Regional
Pengakuan Tahanan di Mataram yang Kabur Usai Sidang, Tak Diborgol dan Rindu Anak

Pengakuan Tahanan di Mataram yang Kabur Usai Sidang, Tak Diborgol dan Rindu Anak

Regional
Nekat Bunuh Terapis Pijat Demi Utang Judi, 2 Pria Grobogan Terancam Hukuman Mati

Nekat Bunuh Terapis Pijat Demi Utang Judi, 2 Pria Grobogan Terancam Hukuman Mati

Regional
Ratusan TKI di Malaysia Datang ke Sebatik untuk Coklit, demi Hak Pilih di Pilkada 2024

Ratusan TKI di Malaysia Datang ke Sebatik untuk Coklit, demi Hak Pilih di Pilkada 2024

Regional
Jasad Penagih Utang Dicor, Karyawati Ini Berjaga Saat Bos Distro Bunuh Korban

Jasad Penagih Utang Dicor, Karyawati Ini Berjaga Saat Bos Distro Bunuh Korban

Regional
Kasus Tewasnya Bocah SMP di Padang Ditutup, Penyebab Kematian Bukan Dianiaya tapi Patah Tulang

Kasus Tewasnya Bocah SMP di Padang Ditutup, Penyebab Kematian Bukan Dianiaya tapi Patah Tulang

Regional
Kapal Mati Mesin, 12 Dewasa dan Seorang Anak Terombang-ambing di Laut Bangka

Kapal Mati Mesin, 12 Dewasa dan Seorang Anak Terombang-ambing di Laut Bangka

Regional
Tren Pernikahan Anak Turun, Kemenag dan PPA Diminta Perhatikan Angka Perceraian yang Naik

Tren Pernikahan Anak Turun, Kemenag dan PPA Diminta Perhatikan Angka Perceraian yang Naik

Regional
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com