Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mother Bank", Saat Para Ibu di Majalengka Lawan Rentenir "Bank Emok" dengan Lagu

Kompas.com - 09/04/2024, 11:22 WIB
Rachmawati

Editor

“Jadi saling keterikatan inilah yang membuat kenapa bank emok ini atau boleh kita katakan sebagai rentenir ini masih survive dan masih sering muncul di berbagai daerah,” ujarnya kemudian.

Lebih lanjut, Ferry mengatakan bahwa bank emok masih eksis lantaran warga masih sangat bergantung pada rentenir untuk memenuhi kebutuhan dana cepat secara instan.

Situasi ini cenderung terjadi di pedesaan yang warganya minim akses terhadap lembaga keuangan dan minim literasi keuangan. Apalagi, warga di daerah pedesaan kebanyakan memiliki mata pencaharian di sektor pertanian dengan sering kali tak mau direpotkan dengan urusan administrasi dan birokrasi saat melakukan pinjaman.

Baca juga: Perempuan di Mataram Ditangkap Polisi atas Kasus Arisan Fiktif

“Jadi masing-masing bergantung sebenarnya. Masyarakat ada ketergantungan karena butuh dana cepat untuk urusan mereka, bank emok berpikir ini konsumen prospektif yang akan memberikan keuntungan bagi mereka. Hal itu yang terus terjadi di masyarakat kita,” kata Ferry.

Gerakan swadaya masyarakat versis upaya pemerintah

Keberhasilan Mother Bank mengurangi ketergantungan warga pada bank emok, menarik minat daerah lain untuk membuat hal serupa.

Hal ini diungkapkan Ismal, inisiator Mother Bank, yang mengeklaim salah satu kepala desa di Kebumen, Jawa Tengah, yang kewalahan dengan warganya yang terlilit utang tinggi. Akhirnya, aparatur desa turun tangan membantu membayar utang tersebut.

“Terus mereka mendengar Mother Bank ini, ‘Wah ini kalau di desa saya, ini bakal jadi program prioritas karena enggak cuma ngomongin solusi buat bank emok’,” kata Ismal menirukan ucapan si kepala desa.

Namun demikian, ekonom dari Unpad Ferry Hadiyanto menilai, gerakan swadaya masyarakat untuk mengatasi bank emok bisa terjadi jika daerah tersebut memiliki kondisi sosial masyarakat yang guyub dengan tradisi gotong royong yang masih kuat, sehingga memungkinkan dibentuk kelompok seperti Mother Bank.

Baca juga: Penipu Bermodus Arisan Fiktif di Jombang Ditangkap Saat Kabur ke Denpasar

Dia menuturkan, swadaya masyarakat untuk mengatasi bank emok ini sudah muncul di beberapa daerah di Jawa Barat, antara lain Purwakarta, Tasikmalaya, Banjar, dan Ciamis.

“Tapi itu memang benar-benar sifatnya local wisdom masing-masing daerah. Kalau untuk digeneralisasi tetap butuh bantuan atau sarana dan upaya pemerintah untuk membantu karena sangat sulit,” imbuh Ferry.

Dia mencontohkan Grameen Bank yang diterapkan di Bangladesh dan meraih penghargaan Nobel pada 2006, tak berhasil diterapkan di Indonesia.

Pemerintah, lanjut Ferry, telah melakukan berbagai upaya mengatasi praktik rentenir ini dengan memberikan fasilitas kredit berbunga ringan.

Pada 2015 silam, pemerintah mengulirkan program Permodalan Nasional Madani (PNM) Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera yang menyasar ibu-ibu prasejahtera berusia produktif namun tak memiliki akses terhadap lembaga keuangan yang ingin memulai atau mengembangkan usaha.

Baca juga: Kronologi Keracunan Massal di Kebumen, Berawal dari Arisan RT

Keberhasilan Mother Bank mengurangi ketergantungan warga pada bank emok, menarik minat daerah lain untuk membuat hal serupa.BBC Indonesia/Yuli Saputra Keberhasilan Mother Bank mengurangi ketergantungan warga pada bank emok, menarik minat daerah lain untuk membuat hal serupa.
Adapun di Jawa Barat, pemerintah provinsi bekerja sama dengan Bank BJB (Bank Jabar Banten) menyalurkan Kredit BJB Masyarakat Ekonomi Sejahtera (Mesra).

Program kredit ini memang ditujukan untuk memberantas praktik rentenir sehingga yang menjadi sasarannya adalah pelaku ekonomi kategori supermikro yang kebanyakan tidak memiliki agunan dan akses ke bank.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat, Taufik Garsadi, menjelaskan pinjaman yang diberikan bukan untuk konsumtif atau Pendidikan, melainkan untuk modal usaha.

“Agar bisa mandiri, sebelum dapat kredit mereka dilatih dulu oleh BJB sehingga punya kemampuan untuk mengembalikan pinjaman,” jelas Taufik.

Baca juga: Tertipu Arisan Fiktif, Warga Mojokerto Alami Kerugian Rp 82 Juta

“Pinjamnya itu kecil-kecil, ada yang Rp500 ribu, ada yang Rp1 juta, Rp2 juta. Maksimal pinjaman Rp10 juta,” jelasnya kemudian.

Hingga Desember 2023, hampir 22 ribu pelaku usaha supermikro di Jawa Barat yang mendapat Kredit Mesra dengan total dana yang disalurkan sekitar Rp80 miliar. Sebagian dari debitur, kata Taufik, adalah korban rentenir.

Meski penyalurannya sudah sebanyak itu, Taufik menyebut belum semua pelaku usaha terjangkau kredit tersebut. Pasalnya, dari jumlah 1,8 juta pelaku usaha kecil di Jawa Barat, sebanyak 90% adalah pengusaha supermikro.

Oleh sebab itu, dia meyakini program pemerintah belum mampu memberantas rentenir atau bank emok di kalangan pelaku usaha, terlebih lagi kaum ibu yang berutang karena desakan kebutuhan hidup atau biaya pendidikan dan bukan target dari program kredit tersebut.

“Enggak [berhasil diberantas kalau melihat] dari jumlah karena [pemerintah dan BJB] terbatas alokasi anggarannya dan juga memang tenaga pendamping dari BJB juga terbatas,” jelas Taufik.

Baca juga: Rugikan Warga hingga Miliaran Rupiah, Kantor Arisan Online Digeruduk

Ilustrasi cicilan dan pinjamanDok. Kredivo Ilustrasi cicilan dan pinjaman
Sedangkan bank emok, menurut Taufik, mempunyai sejumlah kelebihan dalam menyalurkan pinjaman. Selain pendekatannya yang personal, warga bisa mengakses bank emok tanpa administrasi.

“Mereka (pihak bank emok) langsung datang, langsung bawa uang, cair deh. Kalau bank butuh proses dulu, dilatih dulu,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa minimnya administrasi dan pencatatan membuat pemerintah kesulitan menelusuri dan mendata kasus bank emok.

Intervensi yang dilakukan pemerintah, menurut ekonom Unpad, Ferry Hadiyanto, “sudah bagus”, kendati begitu dia mengakui sangat sulit memberantas bank emok.

“Oleh karena itu, perpanjangan tangan pemerintah itu harus ditingkatkan lagi,” katanya.

Itu, menurut Ferry, bisa dilakukan dengan menciptakan kompetitor dengan mengadopsi pendekatan bank emok yang personal.

Baca juga: Penipuan Berkedok Arisan Bodong, Mahasiswa di Bandung Dilaporkan

“Kemampuan pendekatan bank emok dengan personal itu harus dilawan dengan pendekatan personal lagi. Sehingga masyarakat mempersepsikan bahwa lembaga yang disediakan pemerintah bisa memenuhi harapan mereka untuk menyediakan uang kapan pun,” ujar Ferry.

Lembaga yang bisa berperan sebagai “perpanjangan tangan pemerintah” adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan memperkuat kerja sama antara BUMDes denan pemerintah daerah, termasuk lembaga perwakilan desa untuk bisa menggali dan menggalang kearifan lokal di masing-masing daerah.

“Paling tidak, eksistensi BUMDes itu bisa sebagai pilihan atau alternatif lain buat masyarakat. Jadi mereka tidak tidak bergantung 100% kepada bank emok,” pungkasnya.

Gerakan warga seperti Mother Bank dan berbagai upaya pemerintah hingga kini memang belum berhasil memberantas bank emok. Tapi setidaknya, masyarakat dan pemerintah berupaya mengurai jeratan bank emok agar tidak banyak korban yang terjerat pinjaman berbunga tinggi, seperti akhir dari lirik lagu "Jalan-Jalan".

‘Marilah kita maju bersama. Makmurkan desa, bukan bayar bunga.’

Wartawan di Bandung, Yuli Saputra, berkontribusi dalam liputan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com