Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Gajah Sumatera "Terjepit" Kebun Sawit...

Kompas.com - 03/03/2024, 13:27 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Konflik antara manusia dan gajah yang berujung perusakan fasilitas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, pada awal pekan lalu disebut sebagai imbas dari berubahnya fungsi hutan produksi – yang merupakan daerah jelajah gajah sumatra - menjadi kebun sawit.

Masyarakat dari tiga desa di Tanjung Jabung Barat mengaku “kesabaran mereka sudah habis” setelah kebun-kebun sawit mereka “dirusak” oleh gajah sumatera.

Mereka menggelar aksi protes untuk mendesak agar BKSDA dan mitranya, Frankfurt Zoolocigal Society (FZS), memindahkan gajah-gajah tersebut dari wilayah desa mereka. Akan tetapi, aksi itu berujung pada perusakan kendaraan operasional BKSDA dan mes milik FZS.

Baca juga: Gajah Mati di Sekitar Sungai, Pemkab Nagan Raya Kerahkan Tim ke Lokasi

Humas BKSDA Jambi, Zuhra, mengatakan konflik marak terjadi di wilayah yang bersinggungan dengan habitat gajah sumatera.

Pada 2023, BKSDA menerima setidaknya 20 laporan konflik antara manusia dan gajah di Jambi. Kenyataan di lapangan bahkan mungkin lebih dari itu. Namun seingat Zuhra, baru kali ini yang berujung sampai perusakan.

Dalam wawancara dengan BBC News Indonesia, salah satu warga di Desa Muara Danau bernama M Syukur, mengatakan bahwa konflik dengan gajah membuat mereka harus merogoh modal berkali-kali lipat lantaran tanaman sawit mereka berulang kali dirusak oleh gajah.

“Jadi tanaman masyarakat itu habis,” kata Syukur kepada wartawan Suwandi yang melaporkan untuk BBC News Indonesia dari Jambi.

Persoalannya, menurut BKSDA, kebun-kebun sawit masyarakat itu terletak di Hutan Produksi Terbatas (HPT) penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh.

Baca juga: Polisi Selidiki Pemburu Liar yang Jerat Kaki Anak Gajah di Way Kambas

Kawasan penyangga di TN Bukit Tigapuluh merupakan habitat daerah jelajah bagi lebih dari 100 gajah sumatera. Sebagian kecil populasi berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat –tempat konflik kali ini terjadi—dan mayoritas lainnya berada di Kabupaten Tebo.

“Di Tanjung Jabung Barat ini sejak lama sudah ada lintasan gajah, meski individunya sebenarnya memang tidak banyak karena [gajah] yang di sana itu cenderung kelompok kecil yang memisahkan dari kelompok utamanya. Yang di Tanjung Jabung Barat itu adalah gajah-gajah muda jantan yang sedang mencari kelompok lain,” jelas Zuhra.

Menurutnya, “belum ada opsi untuk memindahkan gajah” seperti yang diminta masyarakat sampai saat ini.

“Permasalahannya mau dipindahkan ke mana?” kata Zuhra. Dia juga menyebut bahwa daerah jelajah gajah di Jambi diperkirakan telah berkurang lebih dari 1.000 hektare karena ekspansi kebun sawit.

Baca juga: Mengungkap Fakta Konflik Gajah dan Manusia di Jambi Berujung Amuk Massa

Zuhra mengatakan idealnya masyarakat dan gajah semestinya dapat hidup berdampingan. Namun sepanjang monokultur sawit masih menjadi pilihan utama masyarakat sekitar karena lebih “menggiurkan” secara ekonomi, akan sulit untuk mewujudkan hal itu.

Kondisi ini membuat gajah sumatera, yang masuk dalam daftar spesies terancam kritis menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), menjadi terjepit.

Bagaimana kronologi versi BKSDA?

Pada Minggu (25/02) malam, sekitar 50-100 orang berdatangan ke mess milik FSZ di Simpang Burut untuk menuntut jaminan dari BKSDA agar memindahkan gajah-gajah di Desa Muara Danau, Kelurahan Lubuk Kambing dan sekitarnya.BKSDA JAMBI via BBC Indonesia Pada Minggu (25/02) malam, sekitar 50-100 orang berdatangan ke mess milik FSZ di Simpang Burut untuk menuntut jaminan dari BKSDA agar memindahkan gajah-gajah di Desa Muara Danau, Kelurahan Lubuk Kambing dan sekitarnya.
Kasus ini berawal ketika masyarakat Desa Muara Danau melaporkan ada tiga ekor gajah sumatera yang merusak tanaman sawit mereka.

Berdasarkan laporan tersebut, BKSDA Jambi kemudian menugaskan tim untuk memantau dan menggiring tiga ekor gajah tersebut.

Menurut Kepala BKSDA Jambi, Donal Hutasoit, kebun-kebun sawit masyarakat itu berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh, yang merupakan habitat daerah jelajah gajah sumatera.

Dalam pertemuan antara masyarakat dengan BKSDA dan FZS pada 21 Februari, masyarakat meminta agar gajah-gajah itu tidak hanya digiring, namun dipindahkan dari wilayah Desa Muara Danau.

Baca juga: 15 Rumah di Jambi Longsor, Sejumlah Warga Mengungsi

BKSDA dan FZS kemudian menggiring tiga ekor gajah ke arah utara Desa Muara Danau sampai mereka berada di kawasan yang masih berhutan, melewati area hutan yang telah ditanami sawit oleh masyarakat.

Namun pada 23 Februari, beredar isu bahwa terdapat 40 gajah yang bergerak dari Desa Lubuk Mandarsah, Kabupaten Tebo, menuju ke Desa Muara Danau yang berlokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Berdasarkan hasil verifikasi tim BKSDA dan FZS pada 24 Februari, terdapat pergerakan 15 ekor gajah di Desa Lubuk Mandarsah. Namun, gajah-gajah tersebut bukan bergerak menuju Desa Muara Danau, melainkan menuju Dusun Brandan.

Pada Minggu (25/02) malam, sekitar 50-100 orang berdatangan ke mess milik FSZ di Simpang Burut untuk menuntut jaminan dari BKSDA agar memindahkan gajah-gajah di Desa Muara Danau, Kelurahan Lubuk Kambing dan sekitarnya.

Baca juga: Sempat Lumpuh Total karena Banjir, Kini Jalan Lintas Sumatera di Jambi Bisa Dilalui

Dalam aksi itu, mereka merusak satu unit mobil lapangan dan dua unit sepeda motor milik BKSDA, lalu merusak dan melempari mess FZS, serta mengancam tim yang ada di sana.

Tim dari FZS kemudian dievakuasi pada Senin (26/02) dini hari oleh polisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

Regional
Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Regional
PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

Regional
Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Regional
Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Regional
Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Regional
Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Regional
Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Regional
Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Regional
Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Regional
Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Regional
Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Regional
Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Regional
Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Regional
Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com