Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Gajah Sumatera "Terjepit" Kebun Sawit...

Kompas.com - 03/03/2024, 13:27 WIB
Rachmawati

Editor

Kemudian pada Senin sore, masyarakat kembali merusak fasilitas konservasi di Open Orangutan Sanctuary di Danau Alo, bahkan menyandera lima orang petugas FZS.

“Kami prihatin dengan kondisi ini dan berharap semua pihak dapat menahan diri, bersama-sama mencari solusi untuk menyelamatkan satwa liar khususnya gajah sumatera dan orangutan sumatera,” kata Donal.

Pasca-insiden itu, Kapolres Tanjung Jabung Barat, AKBP Agung Basuki, mengatakan telah memeriksa 16 saksi yang terdiri dari petugas BKSDA, staf FZS, serta masyarakat setempat. Belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka sejauh ini.

Baca juga: Terendam Banjir, Akses Jalan Nasional Sumbar-Jambi Terputus

"Sekarang sawit yang menjanjikan"

Salah satu warga Desa Muara Danau, Syukur, mengeklaim bahwa gajah-gajah tersebut “mulai memasuki kampung” sejak empat hingga lima tahun yang lalu.

Gajah-gajah itu menurutnya telah merusak tanaman di kebun-kebun yang digarap masyarakat. Mayoritas merupakan kebun sawit dan selebihnya karet.

“Dia [gajah] menyebar-nyebar, misalnya di sini diambil 10 sampai 15 pokok [batang sawit], terus pindah lagi ke yang lain habis sampai 20 sampai 30 pokok. Gitu terus tiap malam,” kata Syukur kepada wartawan Suwandi yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Syukur sendiri memiliki dua hektare kebun sawit berumur delapan tahun. Dalam satu kali panen, kebunnya menghasilkan sekitar 200 hingga 300 kilogram yang dijual seharga Rp1.600 hingga Rp1.800 per kilogram.

Baca juga: Gajah Sumatera Rusak Kebun Sawit di Jambi, Warga Pun Mengamuk

Akibat konflik dengan gajah, Syukur mengatakan harus menanam ulang sawit sampai empat hingga lima kali karena kerap dirusak oleh gajah. Itu artinya dia harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli bibit baru dan pupuk.

Ketika itu terjadi, Syukur mengaku harus bekerja lebih keras dengan menyadap karet milik orang lain untuk modal membeli bibit sawit dan pupuknya. Sementara mayoritas masyarakat di desanya bergantung pada sawit, meski ada imbauan untuk me

“Sekarang kan sawit yang menjanjikan,” kata dia.

Dia mengakui bahwa ada kebun sawit masyarakat ada yang terletak di dalam kawasan hutan produksi, tapi itu “hanya sebagian”. Kebanyakan kebun sawit yang ada di kawasan itu pun baru mulai menanam dalam satu hingga tahun terakhir.

Ada pula masyarakat dari luar daerah yang berinvestasi di kebun-kebun sawit di wilayah ini dengan nilai investasi berkisar Rp70 juta-Rp100 juta per hektare.

Menurutnya, konflik dengan gajah sudah berulang kali dan warga telah melaporkannya kepada BKSDA. Namun, Syukur menyebut “tidak ada solusi”.

"Kesabaran masyarakat sudah habis," kata dia.

Baca juga: Polda Jambi Tangkap Pelaku Perusakan Kantor Gubernur

Posisi gajah sumetera kian terjepit

Kawanan gajah sedang mencari makan di kebun dalam lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Kabupaten Tebo, JambiDok BKSDA Jambi Kawanan gajah sedang mencari makan di kebun dalam lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Kabupaten Tebo, Jambi
BKSDA mengatakan area penyangga TN Bukit Tigapuluh secara historis memang merupakan daerah jelajah gajah.

Ketika kawasan itu beralih menjadi kebun-kebun sawit, posisi gajah pun ikut terjepit. Pasalnya, gajah sumatera biasanya hidup di hutan dataran rendah dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut (dpl).

Mereka tidak bisa masuk lebih dalam ke TN Bukit Tigapuluh karena lanskapnya yang berbukit-bukit dengan ketinggian mencapai sekitar 800 meter dpl.

“Jadi sudah terjepit posisinya. Geser ke bawah ada desa, geser ke atas sudah hutan yang tinggi. Sementara di tengah-tengahnya ada [kebun] masyarakat juga,” jelas Zuhra.

Baca juga: 11 Hari Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Jambi Belum Berhasil Dipadamkan

Dalam kasus di Tanjung Jabung Barat ini, gajah-gajah jantan muda itu berpisah dari kelompok besarnya dan masuk ke kebun warga karena habitatnya yang semakin sempit. Ditambah lagi dengan sifat alami gajah yang gemar berkelana untuk mencari gajah betina di luar kelompoknya untuk menghindari kawin sedarah. Konflik ini membuktikan bahwa wilayah jelajah gajah di kawasan hutan semakin terbatas.

Di sisi lain, masyarakat memang memiliki izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan, yang merupakan salah satu skema dari program perhutanan sosial. Secara legal, mereka memiliki hak untuk memanfaatkan tanaman hutan produksi agar mereka berdaya.

Namun pada praktiknya, area hutan produksi justru ditanami sawit. Padahal berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sawit bukan termasuk tanaman hutan.

“Dan kebun-kebun seperti ini dalam praktiknya tidak mempertimbangkan koridor gajah,” kata dia.

Daerah penyangga TN Bukit Tigopuluh juga dikelilingi oleh perusahaan perkebunan hingga pertambangan batubara.

Baca juga: Anak Gajah Liar Ditemukan Terlilit Jerat di Hutan Way Kambas

Imbas buruknya tata kelola hutan

Kawanan gajah sedang berada dalam kawasan hutan di lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Kabupaten Tebo, JambiDok Buku Alber Tetanus Kawanan gajah sedang berada dalam kawasan hutan di lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Kabupaten Tebo, Jambi
Direktur Perkumpulan Hijau, Feri Irawan, mengatakan hilangnya koridor gajah akibat alih fungsi lahan merupakan akibat dari buruknya tata kelola hutan. Itu menggambarkan bagaimana hutan produksi pada kenyataannya telah berubah menjadi kebun sawit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jalan Protokol Demak Ditutup Malam Ini, Pengemudi Tujuan Semarang-Kudus Bisa Melalui Jalan Lingkar

Jalan Protokol Demak Ditutup Malam Ini, Pengemudi Tujuan Semarang-Kudus Bisa Melalui Jalan Lingkar

Regional
Petugas Damkar di Tegal yang Terlindas Mobil Pemadam Sudah Lewati Masa Kritis

Petugas Damkar di Tegal yang Terlindas Mobil Pemadam Sudah Lewati Masa Kritis

Regional
Beda dengan Tahun 2020, Pilkada Solo 2024 Tak Diikuti Calon Independen

Beda dengan Tahun 2020, Pilkada Solo 2024 Tak Diikuti Calon Independen

Regional
Mantan Gubernur Babel Kembali Dipanggil Jaksa, soal Izin Kebun Pisang Ditanami Sawit

Mantan Gubernur Babel Kembali Dipanggil Jaksa, soal Izin Kebun Pisang Ditanami Sawit

Regional
Adik yang Aniaya Kakak hingga Tewas di Klaten Alami Gangguan Jiwa

Adik yang Aniaya Kakak hingga Tewas di Klaten Alami Gangguan Jiwa

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 14 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 14 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Jelang Musim Tanam Padi, Petani dan TNI 'Perangi' Tikus di Rokan Hulu

Jelang Musim Tanam Padi, Petani dan TNI "Perangi" Tikus di Rokan Hulu

Regional
Ibu Negara Iriana Bakal Ikuti Parade Mobil Hias di Solo, Sejumlah Ruas Jalan Ditutup

Ibu Negara Iriana Bakal Ikuti Parade Mobil Hias di Solo, Sejumlah Ruas Jalan Ditutup

Regional
Sempat Tertutup Longsor, Jalan Penghubung Tanah Bumbu dan HSS Kalsel Kini Bisa Dilalui

Sempat Tertutup Longsor, Jalan Penghubung Tanah Bumbu dan HSS Kalsel Kini Bisa Dilalui

Regional
Gempa M 5,5 Guncang Lombok Utara

Gempa M 5,5 Guncang Lombok Utara

Regional
Kepala Desa di Serang Tersangka Gratifikasi Pembebasan Situ Ranca Gede

Kepala Desa di Serang Tersangka Gratifikasi Pembebasan Situ Ranca Gede

Regional
Perbaikan Jembatan Jalinsum Lampung, Truk Lebih dari 25 Ton Dilarang Lewat

Perbaikan Jembatan Jalinsum Lampung, Truk Lebih dari 25 Ton Dilarang Lewat

Regional
Ingin Kuasai Skuter, Pemuda di Kalsel Begal Teman Sendiri

Ingin Kuasai Skuter, Pemuda di Kalsel Begal Teman Sendiri

Regional
Cerita Penjual Perlengkapan Haji di Semarang, Omzet Capai Rp 20 Juta Per Hari

Cerita Penjual Perlengkapan Haji di Semarang, Omzet Capai Rp 20 Juta Per Hari

Regional
Pria di Merauke Menyaru Brimob Lakukan Penipuan dan Tindak Asusila

Pria di Merauke Menyaru Brimob Lakukan Penipuan dan Tindak Asusila

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com