Mantan Ketua Indonesia Corruption Watch (ICW) itu menyebutkan, hal tersebut guna mendukung hilirisasi komoditas kakao Jembrana.
Teten mengungkapkan, kementerian yang dipimpinnya membangun 12 RPB factory sharing di berbagai daerah seluruh Indonesia, salah satunya di Jembrana.
Baca juga: Lindungi Hutan dan Seni Jegog, Pemkab Jembrana Tanam 5.000 Bibit Bambu Petung di Mantu Cager
Dia mengatakan, Kabupaten Jembrana mendapat alokasi pembangunan RPB Komoditas Kakao karana memiliki produk unggulan yang bernilai di pasar diekspor. Menurutnya, kualitas pengembangan kakao Jembrana sangat bagus.
“Ke depan akan dibangun setiap tahun di seluruh Indonesia sesuai dengan potensi daerahnya,” jelasnya dalam siaran pers.
Dia mengatakan, Jembrana terkenal dengan kakao unggulan dan berpotensi diperluas. Nantinya, produk kakao Jembrana diolah produk jadi yang memiliki nilai tambah ekonomi yang dinikmati petani dan masyarakat Jembrana.
RPB Komoditas Kakao yang diresmikan nantinya dikelola secara bisnis yang menguntungkan secara ekonomi.
Dengan dikelola koperasi, selanjutnya koperasi menunjuk manajer profesional yang mengelola.
“Dengan begitu, produk cokelat bisa bersaing dengan industri dan cokelat yang datang dari luar,” jelasnya.
Baca juga: Komitmen Lindungi Perempuan dan Anak, Pemkab Jembrana Raih APE 2023 Kategori Madya
Lebih lanjut, Teten mengungkapkan, tujuan pembangunan RPB adalah untuk meningkatkan kualitas produk usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Pasalya, kualitas produk UMKM selama ini tidak bisa memenuhi standar industri. Penyebabnya adalah UMKM tidak memiliki produksi modern dan hampir tidak mungkin memiliki.
Oleh sebab itu, pemerintah membangunkan pabrik berkualitas industri. Hal ini tergantung dari komoditas unggulan dan alat yang diberikan sederhana, tetapi berkualitas industri agar ada peningkatan kualitas produk.
“Selain itu, pembangunan RPB bertujuan mendukung industrialisasi. Tidak hanya usaha besar, tetapi juga melibatkan UMKM, seperti produksi kakao Jembrana yang disebut sebagai juara dunia,” ujarnya.
Teten mengatakan, jika kakao Jembrana sudah diekspor, ke depan tidak boleh lagi ekspor bahan mentah.
Baca juga: Pemkab Jembrana Bagikan Beasiswa untuk Mahasiswa Berprestasi dan Kurang Mampu
“Kalau masih seperti itu, kita tidak berubah sejak jaman kolonial. Zaman kolonial dulu saat VOC, ekspor kita biji kopi, biji kakao, dan rempah,”ungkapnya.
Oleh karena itu, kata dia, bahan mentah harus diolah setengah jadi atau sudah jadi, seperti kakao tidak boleh diekspor dalam bentuk biji.