Menurutnya, olahan dari bahan kakao untuk pasar dalam negeri cukup besar. Apalagi, Bali merupakan destinasi wisata dunia sehingga menjadi pintu masuk promosi produk lokal ke mancanegara.
“Ketika sudah menjadi produk cokelat yang sudah mendapat pasar, maka harus disiapkan juga dengan suplai kakao yang berkelanjutan,” terangnya.
Teten mengatakan, ketika permintaan besar, maka produsen harus mampu mencukupi kebutuhan permintaan pasar.
Oleh karena itu, Teten setuju dan mendukung Bupati Jembrana, I Nengah Tamba yang mencanangkan 5.000 hektar (ha) kebun kakao Jembrana.
Baca juga: Driver Ojol Mengaku Dukun dan Cabuli Anak di Bawah Umur di Jembrana
Dia menegaskan, pihaknya akan mendukung badan hukum koperasinya dan menyiapkan model bisnisnya.
“Bibit dan permodalan juga akan melibatkan kementerian terkait dan perbankan,” jelasnya.
Dengan begitu, Jembrana akan menjadi projek pilot dari hulu dan hilir komoditas kakao di Indonesia.
Dari total 5.000 ha kebun kakao yang dicanangkan yang melibatkan petani menjadi corporate farming berbasis petani kecil lewat koperasi.
“Saya setuju Jembrana menjadi modeling corporate farming kakao,” tegasnya.
Dengan dibangun RPB ini menjadi program hilirisasi kakao di Jembrana menjadi barang jadi yang siap dipasarkan.
“Potensi market di Indonesia besar. Jadi jangan khawatir produk tidak terserap,” tegas Teten.
Baca juga: Mandi di Pantai Pengeragoan Jembrana, Remaja Hilang Terseret Arus
Usai meresmikan RPB, Teten sempat meninjau fasilitas produksi cokelat milik RPB. Secara simbolis, dia juga melakukan penanaman pohon cokelat di area RPB.
Bahkan, bersama Bupati Jembrana dan jajarannya, Teten mencicipi cokelat hasil dari produksi RPB Komoditas Kakao.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.