Peluh untuk Sungai Buluh
Kesadaran para perempuan untuk menjaga hutan lindung gambut Sungai Buluh tumbuh, lantaran trauma kebakaran empat tahun lalu. Kekeringan membuat perempuan menderita.
Kabut asap telah merenggut bayi baru lahir. Bahkan kematian dini itu, sebelum ia memiliki nama.
Perjuangan sekarang untuk mewariskan hutan ke anak-cucu. Untuk menemukan sumber ekonomi baru dengan agroforestry.
Peluh perempuan untuk menjaga kelestarian hutan lindung gambut Sungai Buluh.
Luas hutan lindung gambut Sungai Buluh sekitar 17.476 hektar di Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung (Tanjab) Timur, Jambi.
Terletak di kesatuan hidrologi gambut (KHG) Sungai Batanghari-Mendahara. Termasuk kubah gambut dengan antara 2-6 meter.
Dengan begitu penting menjaga hutan gambut tak terbakar. Tidak hanya menyelamatkan bumi dari pemanasan global, tetapi melindungi keberagaman hayati yang hidup dalam hutan gambut.
Dalam kawasan ini, hidup pohon-pohon endemik bernilai konservasi tinggi. Punak (Tetrameristra glabra), meranti (Shorea), kempas (Koompassia malaccensis), rengas (Gluta rengas) dan jelutung rawa (Dyera polyphylla), ramin (Gonystylus bancanus), medang (Sizygium lacypalum), berumbung (Adina minutiflora), dan mersawa (Anisoptera costata).
Dengan potensi pohon endemik ini, para perempuan turut terlibat dalam pengembangan pohon asuh sebanyak 381 batang. Setiap pohon menghasilkan uang Rp 200.000 per tahun.
Hutan lindung gambut Sungai Buluh juga rumah bagi beragam fauna dilindungi seperti macan dahan (Neofelis diardi sumatrensis), beruang madu (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus indicus), berang-berang (Lutra sumatrana), macan akar (Prionailurus bengalensis), trenggiling (Manis javanica), burung elang (Elanus caeruleus), dan cekakak hutan melayu (Actenoides concretus).
Selain itu, hutan lindung gambut Sungai Buluh menunjang ekonomi warga dengan skema perhutan sosial, Hutan Desa Pematang Rahim dengan luas 1.185 hektar, Hutan Desa Sinar Wajo dengan luas 5.500 hektar, dan Hutan Desa Sungai Beras dengan luas 2.200 hektar.
Sementara perusahaan yang mengeliling hutan lindung gambut Sungai Buluh, PT Wira Karya Sakti seluas 23.993 hektar, kemudian PT Mendahara Agro Jaya Industri anak PTPN VI 3.231,95 hektar, lalu PT Kaswari Unggul seluas 10.500 hektar dan PT Indonusa Agro Mulya 10.670 hektar.
Kanalisasi dari perusahaan menjadi ancaman krisis air dan kebakaran di hutan lindung gambut Sungai Buluh.
Baca juga: Kepri Dikepung Kabut Asap Kiriman dari Kalimantan, Jambi, dan Sumsel
Sebagian besar perusahaan memang tidak mematuhi aturan restorasi gambut dengan menjaga tinggi muka air 40 sentimeter dan memasang sekat kanal, agar tata kelola air di lahan gambut, dapat disesuaikan dengan kondisi musim kemarau atau hujan.
Selain ancaman krisis air, aktivitas perambah di hutan lindung gambut Sungai Buluh masih ada. Baik yang berasal dari warga lokal maupun dari luar.
Dewi bilang ketika tangan tak mampu ‘menghidupkan’ kembali pohon yang mati, maka berhentilah menebang pohon dan mengeringkan air yang mendatangkan nyala api.
“Mungkin lahan yang kami jaga sedikit. Hanya sebutir pasir di tengah gurun, apabila dibanding dengan perusahaan. Tapi kami tetap akan menjaga hutan,” tutup Dewi penuh harapan.
Liputan hasil kolaborasi dengan Society Indonesian Science Journalism (SISJ), CNN Id Academy dan US Embassy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.