PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Desa Talio Hulu di Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan daerah transmigrasi.
Daerah tersebut sudah didiami oleh transmigran asal Pulau Jawa sejak tahun 1981 atau 41 tahun yang lalu.
Tanah Desa Talio Hulu adalah lahan gambut pasang surut yang subur sehingga transmigran ketika itu memanfaatkannya untuk lahan sawah pertanian.
Baca juga: Kisah Petani Talio Hulu Kalteng Diminta Tanam Padi di Lahan Gambut, BRGM: Cegah Karhutla
Berdasarkan data dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), lahan gambut di Kabupaten Pulang Pisau memiliki ketebalan hingga 3 meter.
Kondisi tersebut mendukung pemanfaatan lahan gambut untuk sektor pertanian budidaya.
Sayangnya seiring berjalannya waktu, lahan gambut di Pulang Pisau termasuk Desa Talio Hulu mulai ditinggalkan dan terbengkalai serta menjadi langganan kebakaran hutan lahan (karhutla).
Sekretaris BRGM Ayu Dewi Utari saat mengunjungi Desa Talio Hulu, Kamis (16/6/2023) mengatakan, setelah terbengkalai dan mengalami kebakaran berulang, secara otomatis membuat perekonomian masyarakatnya ikut terdampak. Hal itu diperparah merebaknya Covid-19.
Untuk memulihkan ekonomi masyarakat, pada tahun 2020, pemerintah melaksanakan kegiatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan menggandeng BRGM.
"Salah satu program yang diusung dalam skema PEN tersebut adalah Program Pertanian Terpadu atau Food Estate yang dikembangkan di beberapa daerah, di antaranya di Provinsi Kalimantan Tengah," ujar Ayu kepada wartawan usai mengunjungi Desa Talio Hulu, Kamis.
Baca juga: Lahan Gambut di Rokan Hulu Riau Terbakar, Petugas Tempuh 70 Km Padamkan Api
Ayu menjelaskan, BRGM saat PEN dicanangkan masih bernama BRG.
Namun demikian, BRG ikut serta dalam mendukung program PEN melalui pembangunan Demonstration Farm (Demfarm) Revitalisasi Gambut untuk Ketahanan Pangan dengan kegiatan budidaya padi pada lahan gambut rawa pasang surut.
"Sejatinya BRGM fungsinya untuk merestorasi lahan gambut yang rusak akibat kebakaran, mencegah kebakaran dan lain-lain. Namun untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi potensi kebakaran maka diperlukan perlakuan khusus dan intervensi yang tepat," tambah Ayu.
Bantuan yang diberikan BRGM kepada masyarakat yang lahannya masuk dalam program Demfarm, kata Ayu, mulai dari finansial, aspek teknis, pendampingan pakar bahkan sampai pada penataan tata air mikro dan penguatan kelembagaan masyarakat dalam mengelola lahan gambut melalui budidaya padi berbasis kelompok masyarakat.
Dari semua intervensi BRGM tersebut, hasilnya kini sudah bisa dinikmati masyarakat. Lahan gambut Desa Talio Hulu yang tadinya sering menjadi langganan kebakaran kini kembali produktif.
"Tahun 2021, Demfarm ini menghasilkan panen GKG 2800 - 6.600 kilogram per hektar dengan jenis padi yang ditanam adalah hybrida dan Inpari," jelasnya.
Senada dengan Ayu, Kepala Desa Talio Hulu, Joko Kristiono menambahkan, lahan gambut di daerahnya sudah lama tak produktif dan ditinggalkan masyarakat.
Hal itu membuat lahan gambut mudah terbakar saat musim kemarau melanda.
Dengan adanya program BRGM yang mendampingi untuk mengelola lahan gambut dengan baik maka, masyarakat Desa Talio Hulu kembali bisa memanfaatkan lahan gambut untuk menanam padi berkualitas.
"Alhamdulillah dengan adanya kegiatan ini, masyarakat kami merasa sangat terbantu, khusunya pertaniannya. Ekonomi masyarakat kembali hidup," singkat Joko.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.